Kita sebagai
orang yang beragama islam harus mematuhi dan menjalankan apa yang diperintahkan
oleh Allah SWT terhadap hamba-Nya. Manusia diberikan akal atau pikiran yang tujuannya
adalah untuk berfikir, sehingga tindakan atau perilaku yang akan kita lakukan diharapkan
dapat membawa manfaat untuk diri kita sendiri dan juga orang lain. Berbeda
dengan makhluk lainnya, manusia sangat istimewa, akal sehat tersebut yang
membedakan manusia dengan makhluk yang lain seperti hewan maupun
tanaman/tumbuhan. Selain diberi akal, manusia juga diberi 5 macam panca indera,
penglihatan/mata, pendengaran/telinga, penciuman/hidung, pengecap/lidah,
peraba/kulit yang meskipun tidak semua manusia diberikan secara lengkap oleh
Allah SWT. Kita wajib mensyukuri dan memanfaatkan apa yang telah Allah SWT
berikan kepada kita. Tidak ada manusia yang sempurna dimuka bumi ini, dimata
Allah SWT semua manusia sama, yang membedakan antara manusia satu dengan manusia
yang lain adalah ketaqwaannya terhadap Allah SWT.
Sunday, 29 November 2015
Gangguan Mood dan Bunuh Diri
Gangguan
mood adalah tipe gangguan yang ditandai dengan gangguan pada mood yang ekstrem,
berlangsung lama dan mengganggu kemampuan mereka untuk berfungsi dalam memenuhi
tanggung jawab secara normal.
Tipe-tipe
gangguan mood
Ada
dua jenis gangguan depresi:
1.
Gangguan
depresi mayor
Gangguan depresi mayor didasarkan pada munculnya satu
atau lebih episode depresi mayor tanpa adanya riwayat episode manik atau
hipomanik. Gangguan depresi mayor cenderung mengalami depresi yang sangat
parah. Episode depresi mayor, orang tersebut mengalami salah satu di antara
mood depresi (sedih, putus asa) atau kehilangan rasa senang dalam berbagai
aktivitas, dalam periode waktu paling sedikit 2 minggu. Ciri-ciri orang dengan
gangguan depresi mayor, memiliki selera makan yang buruk, berkurang atau
bertambah berat badan secara mencolok, memiliki masalah tidur atau tidur
terlalu banyak, dan gelisah.
2.
Gangguan
distimik
Orang dengan gangguan distimik memiliki spirit yang
buruk atau keterpurukan sepanjang waktu, namun mereka tidak mengalami depresi
yang sangat parah seperti depresi mayor, gangguan distimik adalah gangguan
depresi yang ringan dan kronis yang berlangsung selama beberapa tahun.
Gangguan
perubahan mood ada dua:
Friday, 21 November 2014
Sehat dan Sakit Perspektif Kognitif
Oleh:
Hasaniah
Zulfiani
S.
Puji Nugroho
Baroroh
Annis
Yuci
Analia O
Dewi
Hasanah B
I. KASUS
Nama : Bunga (nama samara)
Usia : 19 tahun
Bunga (nama samaran) adalah mahasiswa di salah satu universitas negri di Yogyakarta, ia adalah anak yang pandai namun dia kurang bias menemukan suatu ketenangan dalam dirinya sehingga membuat dia kurang bias berkonsentrasi dan mudah lupa (pikun) terhadap tugas-tugas yang ada di berikan oleh dosen, akibatnya perhatian dari bunga gampang sekali untuk teralihkan, sehingga membuatnya sulit untuk menerima suatu pembelajaran baru di kelas.
Bunga sudah berusaha untuk mencoba lebih fokus akan tetapi terkadang teman-teman dikelas mengalihakan perhatianya lagi, bunga sering tidak mengerjakan tugas karena tidak tau atau kurang paham dengan penjalasan dosen, Bunga mengaku dari kecil tidak bisa fokus, dia juga mengaku kurang bisa mengontrol dirinya sehingga dia sering keceplosan saat berbicara, karena itulah bunga kurang merasa pede saat menjelaskan sesuatu tugas didepan kelas, bunga merasa sangat panik jika di suruh mempresentasikan atau menjelaskan suatu tugas karena kondisi yang dia alami.
Bunga berpikir dan memiliki keyakinan yang negatif bahwa karena kondisinya yang kurang maka penilaian dosen-dosen kurang maksimal terhadap performa bunga saat mempresentasikan suatu tugas, sehingga ipk yang dihasilkan juga kurang maksimal karena keadaanya tersebut. Karena keyakinan yang tidak rasional tersebut menimbulkan rasa cemas pada dirinya dan iri dengan teman-teman yang bisa berbicara dan menjelaskan tugas –tugas dengan lancar.
Bunga (nama samaran) adalah mahasiswa di salah satu universitas negri di Yogyakarta, ia adalah anak yang pandai namun dia kurang bias menemukan suatu ketenangan dalam dirinya sehingga membuat dia kurang bias berkonsentrasi dan mudah lupa (pikun) terhadap tugas-tugas yang ada di berikan oleh dosen, akibatnya perhatian dari bunga gampang sekali untuk teralihkan, sehingga membuatnya sulit untuk menerima suatu pembelajaran baru di kelas.
Bunga sudah berusaha untuk mencoba lebih fokus akan tetapi terkadang teman-teman dikelas mengalihakan perhatianya lagi, bunga sering tidak mengerjakan tugas karena tidak tau atau kurang paham dengan penjalasan dosen, Bunga mengaku dari kecil tidak bisa fokus, dia juga mengaku kurang bisa mengontrol dirinya sehingga dia sering keceplosan saat berbicara, karena itulah bunga kurang merasa pede saat menjelaskan sesuatu tugas didepan kelas, bunga merasa sangat panik jika di suruh mempresentasikan atau menjelaskan suatu tugas karena kondisi yang dia alami.
Bunga berpikir dan memiliki keyakinan yang negatif bahwa karena kondisinya yang kurang maka penilaian dosen-dosen kurang maksimal terhadap performa bunga saat mempresentasikan suatu tugas, sehingga ipk yang dihasilkan juga kurang maksimal karena keadaanya tersebut. Karena keyakinan yang tidak rasional tersebut menimbulkan rasa cemas pada dirinya dan iri dengan teman-teman yang bisa berbicara dan menjelaskan tugas –tugas dengan lancar.
Thursday, 20 November 2014
Sehat dan Sakit Perspektif Humanistik
Oleh:
Hasaniah Zulfiani
S. Puji Nugroho
Baroroh Annis
Yuci Analia O
Dewi Hasanah B
I.
KASUS
X adalah seorang remaja laki-laki berumur 16
tahun. Di rumahnya, X merupakan anak yang mudah bergaul terhadap orang-orang
disekitarnya. Awal masuk sekolah dia adalah orang yang supel, percaya diri dan
cukup berprestasi. Tetapi ketika X sedang berkumpul bersama teman-temannya
disekolah, dia selalu menjadi bahan tertawaan teman-temannya karena dia
memiliki fisik yang berbeda yaitu hanya memiliki satu kaki, hal ini disebabkan
karena dia pernah mengalami kecelakaan sehingga kaki kirinya harus di amputasi.
Subjek merasa tersinggung dengan ejekan dan tertawaan temannya, hal itu juga
membuat kepercayaan dirinya menjadi berkurang. Prestasi belajarnya juga semakin
menurun.
Semenjak kejadian itu dia selalu merasa dan
bertanya-tanya, kenapa fisik dia berbeda dengan teman-teman yang lainnya. Ada
juga teman sekolahnya yang tidak mau bermain dengan dia karena mereka merasa
malu mempunyai teman seperti X. Setelah kejadian itu X menjadi anak yang
murung, pendiam dan sering menyendiri, akibatnya si X tidak bisa
mengaktualisasikan diri atau mengembangkan potensi diri dalam kehidupan sosialnya.
X merasa dirinya kurang mendapatkan kasih sayang dan merasa tidak aman karena
diejek dan menjadi bahan tertawaan temannya.
Sehat dan Sakit Perspektif Behavioristik
Oleh:
Hasaniah Zulfiani
S. Puji Nugroho
Baroroh Annis
Yuci Analia O
Dewi Hasanah B
A.
KASUS
X adalah satu-satunya
anak yang tidak bisa naik sepeda motor di kelasnya, dia lebih memilih naik bus transjogja
untuk menuju kekampusnya. Bukan karena dia dari keluarga yang tidak mampu, keluarga
X bisa dibilang ekonominya menengah ke atas.
Setelah diwawancarai, ternyata
X sebenarnya takut untuk mengendarai sepeda motor dikarenakan dia pernah
mengalami kecelakaan. Awalnya X dalam mengendarai motor merasa biasa saja
kemana pun ia pergi, namun suatu hari ketika ia mengendarai motor dan ditengah
perjalanannya terjadi kecelakaan hebat yang membuat X mengalami patah tulang
pada tangan dan harus dirawat di rumah sakit selama 1 bulan. Kecelakaan itulah yang
membuatnya sampai saat menjadi takut dan cemas dalam mengendarai motor.
Hal ini bermula saat X
masih duduk di bangku SMP. Niat hati dia akan belajar kelompok di rumah salah
satu temannya sebut saja R. Ketika itu si X masih merupakan pengendara pemula.
Maksud dari pemula ini adalah baru bisa mengendarai sepeda motor, dia masih
agak gugup ketika berpapasan dengan kendaraan lain. Rumah si R terletak di
dekat jalan raya yang ramai, dan membuat si X harus menyeberang dulu untuk
kerumahnya.Saat X menyeberang ada seorang pengendara sepeda motor yang lain
melawan arah sehingga dia terkejut dan menghindarinya dengan arah ke kanan, dan
tanpa dia sadari ada sebuah mobil dan menabrak dia. Mulai dari kejadian itulah
si X tidak mau dan tidak berani lagi untuk menaiki sepeda motor.
Friday, 14 November 2014
Sehat dan Sakit Perspektif Psikoanalisis
Oleh:
Hasaniah Zulfiani
S. Puji Nugroho
Baroroh Annis
Yuci Analia O
Dewi Hasanah B
A.
KASUSA dan R adalah sepasang kekasih. Pada suatu ketika A tidak sengaja berjalan-jalan di sekitar lingkungan sekolah. Tiba-tiba ia melihat pacarnya sedang berduaan dengan lelaki lain yaitu Z. Melihat kejadian itu langsung murka dan dengan tidak sengaja A melihat batu yang ada di dekatnya dengan reflek ia menyambar batu dan langsung dilempar ke arah lelaki yang sedaang berduaan dengan pacarnya. Lemparan yang tiba-tiba itu membuat Z jatuh dan tak sadarkan diri. Setelah kejadian itudiketahui bahwa A sering kali melempar benda-benda yang ada di sekitarnya saat merasa marah, A juga sering melempar seperti itu ketika melihat orang-orang asing. Ia selalu mudah curiga terhadap orng yang belum dikenal yang sering lewat di depannya. A tidak segan-segan melempar orang yang dicurigainya tanpa mengetahui orangnya terlebih dahulu.
Sejak kecil A sering kali mendaapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari teman-temannya, karena temannya-temannya sering mengejeknya dengan sangat menyakitkan karena A berasal dari keluarga yang pas-pasan tidak seperti temannya. Namun lama-kelamaan ejekan itu memebuat A lepas kendali dan ia memukuli teman yang mengejeknya hingga tak sadarkan diri. Setelah kejadian itu, tidak ada lagi orang yang berani mengganggunya. A juga perah mengalami kejadian yang menyakitkan yaitu ketika suatu hari ada tiga orang lelaki yang sedang jongkok di samping rumahnya. Kehadiran mereka tidak diperdulikan oleh A. Keesokan harinya lelaki tersbut kembali terlihat mondar-mandir di dekat rumahnya. Pada pulang sekolah hari berikutnya, sesampai dirumah ia sangat terkejut saat melihat ibunya terkulai bersimbah darah. Ternyata di rumahnya telah terjadi perampokan. Setelah kejadian itu, ia mudah sekali curiga pada orang asing yang sering berlalu lalang di dekat tempat tinggalnya.
Sehat dan Sakit Perspektif Biologis
Oleh:
Hasaniah Zulfiani
S. Puji Nugroho
Baroroh Annis
Yuci Analia O
Dewi Hasanah B
A. KASUS
Pak Tarjum adalah seorang laki-laki yang berusia 20an tahun. dia
seorang anak petani yang tinggal di sebuah desa yang sunyi, tenang dan jauh
dari keramaian kota. Sejak kecil ia membantu orangtuanya menggembala domba
sepulang sekolah. Ayahnya pernah berpesan kepadanya agar tidak sombong dan
harus bersikap rendah diri, namun ia salah mempersepsikan perkataan ayahnya. Dan
sejak kecil juga dia sering mengalami sakit-sakitan, fisiknya cukup baik, tapi
dia sering membanding-bandingkan penampilan fisiknya dengan orang lain dan
merasa orang lain lebih baik. Karena sering membanding-bandingkan dirinya
dengan orang lain maka muncul sifat rendah diri, tidak bersyukur dengan diri
sendiri, selalu melihat kelemahan dan kekurangannya. Sikap rendah dirinya
selalu dibawanya dimanapun ia berada, baik ketika ia bermain dengan
teman-temannya sehingga ia merasa malu untuk berinteraksi dan menganggap
kemampuan beradaptasinya kurang.
Di sekolah
dia anak yang pintar namun dia selalu merasa lebih buruk, lebih lemah, lebih
jelek dari temannya. Dia juga Tidak mau disuruh berbicara dan bernyanyi di
depan kelas, rikuh bila bertemu dengan guru. Tapi dia berprestasi dan selalu
juara satu.
Subscribe to:
Posts (Atom)