Oleh:
Hasaniah
Zulfiani
S.
Puji Nugroho
Baroroh
Annis
Yuci
Analia O
Dewi
Hasanah B
I. KASUS
Nama : Bunga (nama samara)
Usia : 19 tahun
Bunga (nama samaran) adalah mahasiswa di salah satu universitas negri di Yogyakarta, ia adalah anak yang pandai namun dia kurang bias menemukan suatu ketenangan dalam dirinya sehingga membuat dia kurang bias berkonsentrasi dan mudah lupa (pikun) terhadap tugas-tugas yang ada di berikan oleh dosen, akibatnya perhatian dari bunga gampang sekali untuk teralihkan, sehingga membuatnya sulit untuk menerima suatu pembelajaran baru di kelas.
Bunga sudah berusaha untuk mencoba lebih fokus akan tetapi terkadang teman-teman dikelas mengalihakan perhatianya lagi, bunga sering tidak mengerjakan tugas karena tidak tau atau kurang paham dengan penjalasan dosen, Bunga mengaku dari kecil tidak bisa fokus, dia juga mengaku kurang bisa mengontrol dirinya sehingga dia sering keceplosan saat berbicara, karena itulah bunga kurang merasa pede saat menjelaskan sesuatu tugas didepan kelas, bunga merasa sangat panik jika di suruh mempresentasikan atau menjelaskan suatu tugas karena kondisi yang dia alami.
Bunga berpikir dan memiliki keyakinan yang negatif bahwa karena kondisinya yang kurang maka penilaian dosen-dosen kurang maksimal terhadap performa bunga saat mempresentasikan suatu tugas, sehingga ipk yang dihasilkan juga kurang maksimal karena keadaanya tersebut. Karena keyakinan yang tidak rasional tersebut menimbulkan rasa cemas pada dirinya dan iri dengan teman-teman yang bisa berbicara dan menjelaskan tugas –tugas dengan lancar.
Bunga (nama samaran) adalah mahasiswa di salah satu universitas negri di Yogyakarta, ia adalah anak yang pandai namun dia kurang bias menemukan suatu ketenangan dalam dirinya sehingga membuat dia kurang bias berkonsentrasi dan mudah lupa (pikun) terhadap tugas-tugas yang ada di berikan oleh dosen, akibatnya perhatian dari bunga gampang sekali untuk teralihkan, sehingga membuatnya sulit untuk menerima suatu pembelajaran baru di kelas.
Bunga sudah berusaha untuk mencoba lebih fokus akan tetapi terkadang teman-teman dikelas mengalihakan perhatianya lagi, bunga sering tidak mengerjakan tugas karena tidak tau atau kurang paham dengan penjalasan dosen, Bunga mengaku dari kecil tidak bisa fokus, dia juga mengaku kurang bisa mengontrol dirinya sehingga dia sering keceplosan saat berbicara, karena itulah bunga kurang merasa pede saat menjelaskan sesuatu tugas didepan kelas, bunga merasa sangat panik jika di suruh mempresentasikan atau menjelaskan suatu tugas karena kondisi yang dia alami.
Bunga berpikir dan memiliki keyakinan yang negatif bahwa karena kondisinya yang kurang maka penilaian dosen-dosen kurang maksimal terhadap performa bunga saat mempresentasikan suatu tugas, sehingga ipk yang dihasilkan juga kurang maksimal karena keadaanya tersebut. Karena keyakinan yang tidak rasional tersebut menimbulkan rasa cemas pada dirinya dan iri dengan teman-teman yang bisa berbicara dan menjelaskan tugas –tugas dengan lancar.
II. Pentingnya
Perspektig Kognitif
Psikologi kognitif merupakan pendekatan psikologi yang memusatkan
perhatian pada cara kita merasakan, mengolah, menyimpan dan merespons
informasi. Pada sudut pandang medis, psikodinamika, dan behavioral memandang
perilaku manusia sebagai hasil dari faktor yang sebagian besar di luar kendali
mereka. Tetapi, untuk sebagian besar kritikus mengenai pandangan ini, pikiran
tidak dapat diabaikan.
Pada perspektif ini juga interpretasi/ cara berpikir individu
menjadi hal yang penting dalam memaknai suatu informasi dan keyakinan yang
rasional tentang suatu peritiwa sehingga dapat menimulkan suatu perilaku yang
adaptif.
Dalam mempertimbangkan suatu
perilaku pendekatan kognitif berasumsi bahwa kognisi (pikiran dan keyakinan
seseorang) merupakan penyebab utama dari perilaku. Perspektif kognitif
mengutamakan pada berpikir (thinking), dan proses mental yang berhubungan
dengannya, misalnya ingatan (memori). Karena pada persfektif kognitif ini juga
mengungkapkan bahwa pengaruh utama perilaku manusia adalah cara kerja pikiran.
Jadi pentingnya pespektif ini dalam memandang perilaku normal dan abnormal
dilihat dari pikiran dan keyakinan individu yang tidak dapat dilihat dari
perspektif biologis, psikodinamika dan behavioristik.
III. Pengertian Sakit dan Sehat Menurut
Perspektif Kognitif
a. Sakit menurut perspektif
Sakit dalam perspektif kognitif merupakan
respon maladaptive yang ditandai oleh daya ingat terganggu, disonentasi,
inkoheren dan sukar bepikir logis. Gangguan kognitif erat kaitannya dengan
fungsi otak, karena kemampuan pasien untuk berpikir akan dipengaruhi oleh
keadaan otak. Sesorang yang sakit mental dikarenakan terdapat gangguan pada
proses berpikir/pemrosesan informasi. Perilaku abnormal juga dapat terjadi
karena keyakinan tidak rasional tentang suatu peritiwa yang dapat menimbulkan
emosi negatifnya.
b. Sehat menurut perspektif Kognitif
Sehat merupakan suatu keadaan dimana tidak terdapat gangguan dalam
pemrosesan informasinya/berpikir. Sehat juga terjadi karena individu berpikir
yang baik dan memiliki keyakinan rasional tentang peristiwa yang menggerakkan/
pengalaman yang akan menimbulkan suatu emosi positif dan perilaku yang adaptif.
IV.
DINAMIKA SEHAT DAN SEHAT MENURUT PERSPEKTIF
Psikologi kognitif
fokus pada bagaimana seseorang menstrukturkan pengalamannya, bagaimana mereka
menjadi menyadarinya, dan mentransformasikan rangsangan kedalam informasi yang
berguna. Kognisi sendiri adalah terma yang merujuk pada proses-proses mental
seperti perceiving, recognizing, conceiving, judging, dan reasoning. Seseorang
menyematkan setiap informasi baru kedalam jaringan terorganisir dari akumulasi
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya yang biasa disebut sebagai schema.
Para terapis kognitif berupaya merubah proses berfikir pasien-pasiennya untuk
membantu mereka mengubah emosi dan perilakunya. Beberapa pola terapi telah
diperkenalkan tokoh-tokohnya dalam hal ini, seperti: cognitive restructuring
dari Davison, rational-emotive dari Albert Ellis, dan selectively abstract dari Aaron Beck.
Dalam perspektif kognitif ini pemrosesan
informasi yang terjadi pada manusia dipengaruhi oleh konsep-konsep dari
computer. Di computer pemrosesan informasi terjadi input-proses-output. Di
bagian input suatu informasi masuk dan diproses untuk memecahkan
masalahkemudian dikeluarkan. Di dalam pemrosesan pada manusia terdapat input
(informasi masuk berdasarkan persepsi), kemudian manipulasi (
interpretasi atau transformasi informasi), penyimpanan (menempatkan
informasi dalam ingatan), retrivel (pengaksesan informasi dari memorti),
dan output (menjalankan informasi). Pada bagian-bagian tersebut dapat
terjadi gangguan misalnya pada bagian manipulasi yaitu terjadi kesalahan
menginterpretasi suatu informasi/ kesalahan dalam berpikir.
Menurut perspektif ini perilaku normal dan abnormal terjadi tergantung pada keyakinan individu atau bagaimana cara berpikir individu. Perilaku abnormal dapat terjadi karena individu memiliki keyakinan yang tidak rasional atau berpikir yang tidak baik yang tentang pengalaman yang tidak mujur/ peristiwa yang dialami yang dapat memicu konsekuensi yang berupa emosi negative dan perilaku tidak adaptif. Sedangkan periilaku normal dalam perspektif ini menurut Ellis dikarenan suatu keyakinan yang rasional tentang suatu peristiwa yang terjadi/ suatu pengalaman dan menghasilkan konsekuensi yang berupa emosi positif dan perilaku yang adaptif.
Menurut perspektif ini perilaku normal dan abnormal terjadi tergantung pada keyakinan individu atau bagaimana cara berpikir individu. Perilaku abnormal dapat terjadi karena individu memiliki keyakinan yang tidak rasional atau berpikir yang tidak baik yang tentang pengalaman yang tidak mujur/ peristiwa yang dialami yang dapat memicu konsekuensi yang berupa emosi negative dan perilaku tidak adaptif. Sedangkan periilaku normal dalam perspektif ini menurut Ellis dikarenan suatu keyakinan yang rasional tentang suatu peristiwa yang terjadi/ suatu pengalaman dan menghasilkan konsekuensi yang berupa emosi positif dan perilaku yang adaptif.
V.
TREATMEN DAN INTERVENSI
Treatmen dengan pendekatan kognitif ini mengajarkan seseorang untuk
berfikir secara adaptif dengan mengubah disfungsi kognitif mereka mengenai
dunia dan diri mereka sendiri. Salah satu contoh treatmen kognitif ;
Terapi perilaku rasional- emotif, berusaha untuk merestrukturisasi sitem kepercayaan
seseorang agar menjadi lebih realistis,
rasional, dan logis dengan menantang kepercayaan- kepercayaan yang
mempertahankan perilaku yang tidk rasional. Tujuan terapi perilaku rasional-
emotif adalah untuk membantu klien menghilangkan pikiran dan kepercayaan maladaptif serta
mengadopsi pemikiran yang lebih efektif. Untuk mencapai tujuan tersebut, terapi dapat mengambil peran aktif
dan memberikan petunjuk pada saat terapi, serta menantang pola pikiran secara
terbuka yang terlihat mengalami disfungsi.
Terapi kognitif beck, bentuk terapi lain
yang berpengaruh yang dibangun dari sudut pandang kognitif adalah yang
dikemukakan oleh Aron Beck ( Beck, 1995, 2004). Seperti terapi perilaku
rasional- emotif, terapi kognitif beck bertujuan untuk mengubah pikiran tidak
logis seseorang tentang diri mereka dan dunia. Salah satu penerapan yang sangat berhasil
dari teori Beck adalah perawatan terhadap depresi. Beck mengidentifikasi
beberapa pola pemikiran yang berhubungan dengan depresi, diantaranya: persepsi
selektif, generalisasi yang berlebihan, membesar-besarkan, pemikiran
hitam-putih (all or nothing thinking).
VI. JURNAL
Judul : Kemampuan Berpikir Kritis
dan Kreatif Matematis Siswa SMP
Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Strategi Konflik Kognitif
Penulis : Dasa Ismaimuza
·
Penguasaan
mata pelajaran matematik pelajar SMP di indonesia ternyata menunjukkan bahwa
kualiti pembelajaran matematik ini masih rendah dari yang diharapkan
·
Rendahnya
hasil pembelajaran matematik menunjukkan ada sesuatu yang salah dan belum
optimal dalam pembelajaran matematik disekolah.
·
Hasil
kajian dari peneliti mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran matematik disekolah
pelajar cenderung pasif, mengutamakan latihan dan mekanistik, beerpusat pada
guru dengan kaedah “chalk and talk”.
·
Guru
sebagai salah satu pusat dalam proses pembelajaran dikelas masih memandang bahwa
belajar adalah suatu proses pemindahan ilmu pengetahuan dari pengajar kepada
pelajar.
·
Menurut
Piaget, proses perkembangan kognitif lazimnya berinteraksi dengan lingkungannya
melalui proses asimilasi dan akomodasi. Jika asimilasi dan akomodasi berlaku secara
bebas atau tanpa konflik, maka struktur kognitif dikatakan beradapada keadaan
seimbang.
·
Menurut
Piaget , ketika pelajar dalam keadaan berkonflik pelajar berusaha untuk mencari
keseimbangan baru. Dalam mencapai keseimbangan baru pelajar berusaha untuk
memperkasakan pemahaman konsep yang telah dimilikinya melalui cara
mengidentifikasi, menghubungkan, menganalisis, mencoba menjawab soal dengan
berbagai cara. Hal ini dapat membangun dan mengembangkan keupayaan berfikir
kritis dan kreatif matematik
. Dalam mengemukakan
konflik kognitif kepada pelajar, guru juga memberikan contrast and variation,
supaya pelajar memahami konsep matematik melalui pendekatan seperti ini.
·
Pemberian
konflik kognitif juga menggalakkan pelajar supaya membina dan menyimpulkan
suatu konsep dengan baik dan benar melalui bantuan teman dan guru.
DAFTAR
PUSTAKA
Davidson Gerald C, John M. Neale &
Ann M. Krig. 2010. Psikologi Abnormal. Jakarta: Pers.
Feldmen Robert S. 2012. Pengantar Psikologi.
Jakarta: Salemba Humanika.
Nevid Jeffrey S, Spencer A. Rathus &
Beverly Greene. 2003. Psikologi Abnormal.
Jakarta: Erlangga
Sundbreg Norman d, dkk.2007. Psikologi
Klinis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
0 komentar:
Post a Comment