Friday, 21 November 2014

Sehat dan Sakit Perspektif Kognitif

Oleh:
Hasaniah Zulfiani
S. Puji Nugroho
Baroroh Annis            
Yuci Analia O
Dewi Hasanah B

I.              KASUS

Nama : Bunga (nama samara)
Usia    : 19 tahun
Bunga (nama samaran) adalah mahasiswa di salah satu universitas negri di Yogyakarta, ia adalah anak yang pandai namun dia kurang bias menemukan suatu ketenangan dalam dirinya sehingga membuat dia kurang bias berkonsentrasi dan mudah lupa (pikun) terhadap tugas-tugas yang ada di berikan oleh dosen, akibatnya perhatian dari bunga gampang sekali untuk teralihkan, sehingga membuatnya sulit untuk menerima suatu pembelajaran baru di kelas.
Bunga sudah berusaha untuk mencoba lebih fokus akan tetapi terkadang teman-teman dikelas mengalihakan perhatianya lagi, bunga sering tidak mengerjakan tugas karena tidak tau atau kurang paham dengan penjalasan dosen, Bunga mengaku dari kecil tidak bisa fokus,  dia juga mengaku kurang bisa mengontrol dirinya sehingga dia sering keceplosan saat berbicara, karena itulah bunga kurang merasa pede saat menjelaskan sesuatu tugas didepan kelas, bunga merasa sangat panik jika di suruh mempresentasikan atau menjelaskan suatu tugas karena kondisi yang dia alami.
Bunga berpikir dan memiliki keyakinan yang negatif bahwa karena kondisinya yang kurang maka penilaian dosen-dosen kurang maksimal terhadap performa bunga saat mempresentasikan suatu tugas, sehingga ipk yang dihasilkan juga kurang maksimal karena keadaanya tersebut. Karena keyakinan yang tidak rasional tersebut menimbulkan rasa cemas pada dirinya dan iri dengan teman-teman yang bisa berbicara dan menjelaskan tugas –tugas dengan lancar.



II. Pentingnya Perspektig Kognitif
Psikologi kognitif merupakan pendekatan psikologi yang memusatkan perhatian pada cara kita merasakan, mengolah, menyimpan dan merespons informasi. Pada sudut pandang medis, psikodinamika, dan behavioral memandang perilaku manusia sebagai hasil dari faktor yang sebagian besar di luar kendali mereka. Tetapi, untuk sebagian besar kritikus mengenai pandangan ini, pikiran tidak dapat diabaikan.
Pada perspektif ini juga interpretasi/ cara berpikir individu menjadi hal yang penting dalam memaknai suatu informasi dan keyakinan yang rasional tentang suatu peritiwa sehingga dapat menimulkan suatu perilaku yang adaptif.
 Dalam mempertimbangkan suatu perilaku pendekatan kognitif berasumsi bahwa kognisi (pikiran dan keyakinan seseorang) merupakan penyebab utama dari perilaku. Perspektif kognitif mengutamakan pada berpikir (thinking), dan proses mental yang berhubungan dengannya, misalnya ingatan (memori). Karena pada persfektif kognitif ini juga mengungkapkan bahwa pengaruh utama perilaku manusia adalah cara kerja pikiran. Jadi pentingnya pespektif ini dalam memandang perilaku normal dan abnormal dilihat dari pikiran dan keyakinan individu yang tidak dapat dilihat dari perspektif biologis, psikodinamika dan behavioristik.



III. Pengertian Sakit dan Sehat Menurut Perspektif Kognitif

a.    Sakit menurut perspektif
Sakit dalam perspektif kognitif merupakan respon maladaptive yang ditandai oleh daya ingat terganggu, disonentasi, inkoheren dan sukar bepikir logis. Gangguan kognitif erat kaitannya dengan fungsi otak, karena kemampuan pasien untuk berpikir akan dipengaruhi oleh keadaan otak. Sesorang yang sakit mental dikarenakan terdapat gangguan pada proses berpikir/pemrosesan informasi. Perilaku abnormal juga dapat terjadi karena keyakinan tidak rasional tentang suatu peritiwa yang dapat menimbulkan emosi negatifnya.

b.    Sehat menurut perspektif Kognitif
Sehat merupakan suatu keadaan dimana tidak terdapat gangguan dalam pemrosesan informasinya/berpikir. Sehat juga terjadi karena individu berpikir yang baik dan memiliki keyakinan rasional tentang peristiwa yang menggerakkan/ pengalaman yang akan menimbulkan suatu emosi positif dan perilaku yang adaptif.


IV. DINAMIKA SEHAT DAN SEHAT MENURUT PERSPEKTIF

Psikologi kognitif fokus pada bagaimana seseorang menstrukturkan pengalamannya, bagaimana mereka menjadi menyadarinya, dan mentransformasikan rangsangan kedalam informasi yang berguna. Kognisi sendiri adalah terma yang merujuk pada proses-proses mental seperti perceiving, recognizing, conceiving, judging, dan reasoning. Seseorang menyematkan setiap informasi baru kedalam jaringan terorganisir dari akumulasi pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya yang biasa disebut sebagai schema. Para terapis kognitif berupaya merubah proses berfikir pasien-pasiennya untuk membantu mereka mengubah emosi dan perilakunya. Beberapa pola terapi telah diperkenalkan tokoh-tokohnya dalam hal ini, seperti: cognitive restructuring dari Davison, rational-emotive dari Albert Ellis, dan selectively abstract dari Aaron Beck.
Dalam perspektif kognitif ini pemrosesan informasi yang terjadi pada manusia dipengaruhi oleh konsep-konsep dari computer. Di computer pemrosesan informasi terjadi input-proses-output. Di bagian input suatu informasi masuk dan diproses untuk memecahkan masalahkemudian dikeluarkan. Di dalam pemrosesan pada manusia terdapat input (informasi masuk berdasarkan persepsi), kemudian manipulasi ( interpretasi atau transformasi informasi), penyimpanan (menempatkan informasi dalam ingatan), retrivel (pengaksesan informasi dari memorti), dan output (menjalankan informasi). Pada bagian-bagian tersebut dapat terjadi gangguan misalnya pada bagian manipulasi yaitu terjadi kesalahan menginterpretasi suatu informasi/ kesalahan dalam berpikir.

Menurut perspektif ini perilaku normal dan abnormal terjadi  tergantung pada keyakinan individu atau bagaimana cara berpikir individu. Perilaku abnormal dapat terjadi karena individu memiliki keyakinan yang tidak rasional atau berpikir yang tidak baik yang tentang pengalaman yang tidak mujur/ peristiwa yang dialami yang dapat memicu konsekuensi yang berupa emosi negative dan perilaku tidak adaptif. Sedangkan periilaku normal dalam perspektif ini menurut Ellis dikarenan suatu keyakinan yang rasional tentang suatu peristiwa yang terjadi/ suatu pengalaman dan menghasilkan konsekuensi yang berupa emosi positif dan perilaku yang adaptif.

V. TREATMEN DAN INTERVENSI
Treatmen dengan pendekatan kognitif ini mengajarkan seseorang untuk berfikir secara adaptif dengan mengubah disfungsi kognitif mereka mengenai dunia dan diri mereka sendiri. Salah satu contoh treatmen kognitif ;
Terapi perilaku rasional- emotif, berusaha  untuk merestrukturisasi sitem kepercayaan seseorang  agar menjadi lebih realistis, rasional, dan logis dengan menantang kepercayaan- kepercayaan yang mempertahankan perilaku yang tidk rasional. Tujuan terapi perilaku rasional- emotif adalah untuk membantu klien menghilangkan  pikiran dan kepercayaan maladaptif serta mengadopsi pemikiran yang lebih efektif. Untuk mencapai tujuan  tersebut, terapi dapat mengambil peran aktif dan memberikan petunjuk pada saat terapi, serta menantang pola pikiran secara terbuka yang terlihat mengalami disfungsi.
Terapi kognitif beck, bentuk terapi lain yang berpengaruh yang dibangun dari sudut pandang kognitif adalah yang dikemukakan oleh Aron Beck ( Beck, 1995, 2004). Seperti terapi perilaku rasional- emotif, terapi kognitif beck bertujuan untuk mengubah pikiran tidak logis seseorang tentang diri mereka dan dunia. Salah satu penerapan yang sangat berhasil dari teori Beck adalah perawatan terhadap depresi. Beck mengidentifikasi beberapa pola pemikiran yang berhubungan dengan depresi, diantaranya: persepsi selektif, generalisasi yang berlebihan, membesar-besarkan, pemikiran hitam-putih (all or nothing thinking).


VI. JURNAL
Judul      :  Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis Siswa SMP    Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Strategi Konflik Kognitif
Penulis  : Dasa Ismaimuza

·         Penguasaan mata pelajaran matematik pelajar SMP di indonesia ternyata menunjukkan bahwa kualiti pembelajaran matematik ini masih rendah dari yang diharapkan
·         Rendahnya hasil pembelajaran matematik menunjukkan ada sesuatu yang salah dan belum optimal dalam pembelajaran matematik disekolah.
·         Hasil kajian dari peneliti mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran matematik disekolah pelajar cenderung pasif, mengutamakan latihan dan mekanistik, beerpusat pada guru dengan kaedah “chalk and talk”.
·         Guru sebagai salah satu pusat dalam proses pembelajaran dikelas masih memandang bahwa belajar adalah suatu proses pemindahan ilmu pengetahuan dari pengajar kepada pelajar.
·         Menurut Piaget, proses perkembangan kognitif lazimnya berinteraksi dengan lingkungannya melalui proses asimilasi dan akomodasi. Jika asimilasi dan akomodasi berlaku secara bebas atau tanpa konflik, maka struktur kognitif dikatakan beradapada keadaan seimbang.
·         Menurut Piaget , ketika pelajar dalam keadaan berkonflik pelajar berusaha untuk mencari keseimbangan baru. Dalam mencapai keseimbangan baru pelajar berusaha untuk memperkasakan pemahaman konsep yang telah dimilikinya melalui cara mengidentifikasi, menghubungkan, menganalisis, mencoba menjawab soal dengan berbagai cara. Hal ini dapat membangun dan mengembangkan keupayaan berfikir kritis dan kreatif matematik
.           Dalam mengemukakan konflik kognitif kepada pelajar, guru juga memberikan contrast and variation, supaya pelajar memahami konsep matematik melalui pendekatan seperti ini.
·         Pemberian konflik kognitif juga menggalakkan pelajar supaya membina dan menyimpulkan suatu konsep dengan baik dan benar melalui bantuan teman dan guru.


DAFTAR PUSTAKA

Davidson Gerald C, John M. Neale & Ann M. Krig. 2010. Psikologi Abnormal. Jakarta: Pers.
Feldmen Robert S. 2012. Pengantar Psikologi. Jakarta: Salemba Humanika.
Nevid Jeffrey S, Spencer A. Rathus & Beverly Greene. 2003. Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga
Sundbreg Norman d, dkk.2007. Psikologi Klinis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

0 komentar:

Post a Comment