Friday, 14 November 2014

Sehat dan Sakit Perspektif Biologis

Oleh:
Hasaniah Zulfiani
S. Puji Nugroho
Baroroh Annis            
Yuci Analia O
Dewi Hasanah B

A. KASUS
         Pak Tarjum adalah seorang laki-laki yang berusia 20an tahun. dia seorang anak petani yang tinggal di sebuah desa yang sunyi, tenang dan jauh dari keramaian kota. Sejak kecil ia membantu orangtuanya menggembala domba sepulang sekolah. Ayahnya pernah berpesan kepadanya agar tidak sombong dan harus bersikap rendah diri, namun ia salah mempersepsikan perkataan ayahnya. Dan sejak kecil juga dia sering mengalami sakit-sakitan, fisiknya cukup baik, tapi dia sering membanding-bandingkan penampilan fisiknya dengan orang lain dan merasa orang lain lebih baik. Karena sering membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain maka muncul sifat rendah diri, tidak bersyukur dengan diri sendiri, selalu melihat kelemahan dan kekurangannya. Sikap rendah dirinya selalu dibawanya dimanapun ia berada, baik ketika ia bermain dengan teman-temannya sehingga ia merasa malu untuk berinteraksi dan menganggap kemampuan beradaptasinya kurang.
       Di sekolah dia anak yang pintar namun dia selalu merasa lebih buruk, lebih lemah, lebih jelek dari temannya. Dia juga Tidak mau disuruh berbicara dan bernyanyi di depan kelas, rikuh bila bertemu dengan guru. Tapi dia berprestasi dan selalu juara satu.
        Dengan sikap rendah dirinya ia sering merasa sangat sedih dan sering merasa mengalami gejolak batin yang tidak terkendali. Dia tidak memahami apa yang sedang ia alami, apa penyebabnya, cara mengatasinya dan apa yang harus ia lakukan. Dengan kesadaran dan akal sehat yang masih tersisa dia berusaha mencari tau apa yang sebenarnya terjadi. Dari informasi yang didapatkan ia mulai bisa mengidentifikasi derita jiwa itu.  Ia mulai merasakan bipolar sangat mengganggu dan menyakitinya, ketika penyakitnya kambuh dia hanya bisa menangis, dia tidak menceritakan penyakitnya pada sahabat, teman bahkan orangtuanya sendiri. Menceritakan dan mengingat masa lalu bersama sang ayah. Salah satu penyebab penyakitnya adalah faktor keturunan karena sang ayah dulunya pernah mengalami penyakit bipolar. Ayahnya sering mengalami emosi yang berubah-ubah setiap saat dan terkadang sulit untuk mengontrol dirinya.. Karena pewarisan gen sketurunaan secara biologis itulah Tarjum terena penyakit bipolar disorder. Gangguan bipolar pada Tarjum lebih ringan dan tidak seperti gangguan bipolar pada ayahnya. Namun karena Tarjum juga sering membandingkan dirinya dengan orang lain sehingga menjadika gangguan bipolar yang ada pada dirinya menjadi semakin serius. Sang ayah menjadi tempat tarjum bercerita, dan berkeluh kesah tentang penyakitnya, sang ayah sudah sebagai penasihat, motivator, sekaligus sahabat yang memahaminya.

B.     PENTINGNYA PERSPEKTIF BIOLOGIS
         Dalam perspektif Biologis ini terdapat satu literature yang membahas faktor-faktor biologis yang relevan dengan psikopatologi. Faktor keturunan kemungkinan menyebabkan seorang memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengidap skizofrenia, depresi yang mungkin disebabkan ketidakseimbangan kimiawi dalam otak, dan gangguan anxietas mungkin berakar dari kerusakan dalam system saraf otonom yang menyebabkan mudah terpancing.       
         Perspektif biologis itu penting dikarenakan pencegahan atau penanganan gangguan mental dapat dilakukan melalui perubahan dalam cara tubuh melakukan fungsinya. Tentu saja jika sesuatu kekurangan pada zat kimia tertentu ditemukan sebagai penyebab atau berperan dalam beberapa masalah, merupakan hal yang masuk akal untuk mencoba memperbaiki ketidakseimbangan dengan memberikan dosis tepat zat kimia yang mengalami kekurangan. Perspektif biologis mengacu pada pendekatan yang menekankan peran faktor biologis dalam menjelaskan perilaku abnormal dan penerapan penanganan yang berbasis biologis dalam menanganani gangguan psikologis.
          Selain itu struktur dan proses biologis dalam berbagai pola perilaku abnormal sangatlah besar. Faktor-faktor seperti gangguan dalam fungsi neurotransmitter dan abnormalitas atau kerusakan-kerusakan otak yang mendasar dikaitkan dengan berbagai gangguan psikologis. Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi gangguan pada psikologis seseorang adalah faktor genetis dan faktor lingkungan. Sehingga perskpektif biologis itu penting dalam perilaku abnormal karena memiliki hubungan antara  biologis dan perilaku.       
          
C.    PENGERTIAN SEHAT DAN SAKIT MENURUT PESPEKTIF
Pengertian sehat dan sakit menurut beberapa ahli yaitu:
·         Sehat menurut perspektif
Sehat adalah keadaan dinamis yang berubah secara terus menerus sesuai dengan adaptasi individu terhadap berbagai perubahan pada lingkungan internal dan eksternalnya untuk mempertahankan keadaan fisik, emosional, inteletual, sosial, perkembangan, dan spiritual yang sehat.
Sehat adalah tidak merasa sakit dan memang secara klinis tidak sakit, semua organ tubuh normal dan berfungsi normal dan tidak ada gangguan fungsi tubuh.
·         Sakit menurut perspektif
a.  Sakit merupakan proses dimana fungsi individu dalam satu atau lebih dimensi yang ada mengalami perubahan atau penurunan bila dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya.
b.  Sakit adalah keadaan dimana fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan, atau seseorang berkurang atau terganggu, bukan hanya keadaan terjadinya proses penyakit.
c. Sakit juga ketidakseimbangan dari kondisi normal tubuh manusia diantaranya sistem biologik dan kondisi penyesuaian

D.    DINAMIKA SEHAT DAN SAKIT MENURUT PERSPEKTIF
     Perspektif biologi merupakan sebuah pendekatan psikologi yang menekankan pada berbagai peristiwa yang berlangsung dalam tubuh mempengaruhi perilaku, perasaan dan pikiran seseorang.
      Genetika perilaku adalah studi mengenai perbedaan perilaku individual yang sebagian disebabkan perbedaan struktur genetik. Struktur genetik total individu, terdiri dari berbagai gen yang diwariskan disebut genotip. Genotip seseorang merupakan formasi genetiknya yang tidak dapat diamati. Genotip merupakan bawaan sejak lahir. Sedangkan fenotip dapat diamati dan bersifat behavioral. Fenotip berubah sepanjang waktu dan secara umum dianggap sebagai interaksi antara genotip dan lingkungan. Seperti seseorang dilahirkan dengan intelektual yang tinggi namun perkembangan potensi genetik tersebut akan tergantung pada faktor lingkungan seperti pola asuh pendidikan. Studi tentang genetika perilaku dilandasi 4 metode dasar untuk mengungkap apakah suatu predisposisi genetik untuk psikopatologi diturunkan, dengan membandingkan antara anggota keluarga, antara orang kembar, penelitian terhadap orang-orang yang diadopsi, dan analisis hubungan. Yang pertama, metode keluarga, dapat digunakan untuk mempelajari predisposisi genetik diantara anggota keluarga karena rata-rata jumlah gen yang dimiliki dua saudara sedarah dapat diketahui. Anak-anak menerima separuh gen secara acak dari ibu dan dari ayah, sehingga secara rata-rata saudara kandung, orang tua dan anak-anak memiliki 50% latar belakang genetik yang identik. Kedua, metode orang kembar, kembar identik tumbuh dari satu telur dan memiliki kesamaan genetik. Ketiga, metode anak adopsi, mempelajari anak-anak yang diadopsi dan sepenuhnya dibesarkan secara terpisah dari orang tua kandungnya. Keempat, metode analisis hubungan, lebih dari sekedar berupaya menunjukkan apakah suatu gangguan memiliki komponen genetic metode ini berupaya merinci gen tertentu yang berperan.

E.     TREATMEN DAN INTERVENSI
        Terbagi variasi terapi biologis digunakan untuk menangani depresi dan mania. Dua jenis terapi yang paling umum adalah terapi kejut elektrikonvulsif dan obat-obatan.
          Terapi obat untuk gangguan bipolar; Orang-orang yang menderita gangguan bipolar dengan mood yang berubah-ubah sering kali ditangani dengan pemberian elemen lithium dengan dosis yang dipantau secara hati-hati, dalam bentuk garam lithium karbonat. Lithium efektif untuk pasien bipolar ketika mereka berada dalam kondisi depresi maupun manik, dan jauh lebih efektif untuk pasien bipolar daripada untuk pasien unipolar. Karena efek lithium timbul secara bertahap, terapi umumnya diawali dengan lithium dan suatu obat antipsikotik misalnya Haldol, yang memiliki efek penenang langsung.
          Obat yang efektif hanya bermanfaat sejauh dikonsumsi sesuai dosis yang disarankan. Selain meningkatkan kepatuhan untuk minum obat sesuai resep, edukasi tentang penyakit tersebut dapat meningkatkan dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman dan dapat mengarahkan kesemuanya pada suasana yang tidak terlalu membebani pasien secara emosional, dan hal ini secara logis dapat diharapkan mengurangi stress pada pasien. Suatu pendekatan terapi yang disebut penanganan berfokus keluarga (FFT-Family-Focused Treatment) merupakan terapi psikososial dengan waktu terbatas bagi pasien gangguan bipolar yang dirawat jalan oleh keluarganya. Terapi tersebut mencakup edukasi kepada keluarga mengenai penyakit terkait, berupaya meningkatkan komunikasi dalam keluarga dan pelatihan penyelesaian masalah. Studi baru-baru ini menunjukkan bahwa pemberian penanganan berorientasi keluarga bersama dengan farmakoterapi memberikan hasil yang lebih positif pada gangguan bipolar dibanding hanya pemberian obat.

DAFTAR PUSTAKA

  • Alwisol. 2011. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.
  • Davidson Gerald C, Neale John M, dkk. 2010. Psikologi Abnormal. Jakarta: Rajawali Pers.
  • Halgin Richad P. 2010. Psikologii Abnormal. Jakarta: Salemba Humanika.
  • Walgito Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset

0 komentar:

Post a Comment