Friday, 14 November 2014

Sehat dan Sakit Perspektif Psikoanalisis

Oleh:
Hasaniah Zulfiani
S. Puji Nugroho
Baroroh Annis            
Yuci Analia O
Dewi Hasanah B

A.    KASUS
A dan R adalah sepasang kekasih. Pada suatu ketika A tidak sengaja berjalan-jalan di sekitar lingkungan sekolah. Tiba-tiba ia melihat pacarnya sedang berduaan dengan lelaki lain yaitu Z. Melihat kejadian itu langsung murka dan dengan tidak sengaja A melihat batu yang ada di dekatnya dengan reflek ia menyambar batu dan langsung dilempar ke arah lelaki yang sedaang berduaan dengan pacarnya. Lemparan yang tiba-tiba itu membuat Z jatuh dan tak sadarkan diri. Setelah kejadian itudiketahui bahwa A sering kali melempar benda-benda yang ada di sekitarnya saat merasa marah, A juga sering melempar seperti itu ketika melihat orang-orang asing. Ia selalu mudah curiga terhadap orng yang belum dikenal yang sering lewat di depannya. A tidak segan-segan melempar orang yang dicurigainya tanpa mengetahui orangnya terlebih dahulu.

Sejak kecil A sering kali mendaapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari teman-temannya, karena temannya-temannya sering mengejeknya dengan sangat menyakitkan karena A berasal dari keluarga yang pas-pasan tidak seperti temannya. Namun lama-kelamaan ejekan itu memebuat A lepas kendali dan ia memukuli teman yang mengejeknya hingga tak sadarkan diri. Setelah kejadian itu, tidak ada lagi orang yang berani mengganggunya. A juga perah mengalami kejadian yang menyakitkan yaitu ketika suatu hari ada tiga orang lelaki yang sedang jongkok di samping rumahnya. Kehadiran mereka tidak diperdulikan oleh A. Keesokan harinya lelaki tersbut kembali terlihat mondar-mandir di dekat rumahnya. Pada pulang sekolah hari berikutnya, sesampai dirumah ia sangat terkejut saat melihat ibunya terkulai bersimbah darah. Ternyata di rumahnya telah terjadi perampokan. Setelah kejadian itu, ia mudah sekali curiga pada orang asing yang sering berlalu lalang di dekat tempat tinggalnya.


B. PENTINGNYA PERSPEKTIF PSIKOANALISIS
Teori psikoanalisis menjadi teori yang paling komprehensif daripada teori yang lain, namun teori ini juga mendapat tanggapan yang banyak, baik tanggapan positif maupun negatif. Menurut Freud dalam pengaturan tingkah laku, bahwa peran penting dari ketidaksadaran dan insting-insting seks beserta agresi ada didalam perilaku tersebut.
Teori psikoanalisis memusatkan perhatian pada pentingnya masa awal kanak-kanak. Freud meyakini bahwa konflik-konflik yang mendasar pada neurosis berasal dari masa kecil yang terpendam secara mendalam pada ketidaksadaran. Ketidaksadaran itu berisi insting, impuls dan drive yang dibawa dari lahir dan pengalaman-pengalaman traumatik (biasanya pada masa anak-anak) yang ditekan oleh kesadaran dipindah ke daerah tak sadar. Oleh karena itu, perilaku abnormal menurut psikoanalisis dapat di analisis melalui pengalaman masa lalunya dan alam bawah sadarnya. Sehingga dapat diketahui alasan mengapa seseorang berperilaku abnormal apakah karena masa lalunya yaitu pada masa kanak-kanak atau karena alam bawah sadarnya yaitu perilaku yang tidak ia sadari.

C. PENGERTIAN SEHAT DAN SAKIT MENURUT PERSPEKTIF
·      Sehat menurut perspektif
Kesehatan mental adalah fungsi dari keseimbangan dinamis antara struktur-struktur psikis dari id, ego dan seperego. Pada orang-orang yang sehat secara mental, ego cukup kuat untuk mengendalikan insting-insting id dan untuk menahan ketidak setujuan superego. Adanya penyaluran-penyaluran ekspresi yang lebih dapat diterima untuk beberapa impuls, seperti ekspresi seksualitas yang matang dalam pernikahan, menurunkan tekanan dalam id dan pada saat yang bersamaan mengurangi beban ego dalam menekan impuls-impuls yang ada. Diasuh oleh orang tua yang cukup toleran mungkin mencegah superego untuk menjadi terlalu keras dan menyalahkan.
Kepribadian yang sehat menurut psikoanalisis:
1. Menurut freud kepribadian yang sehat yaitu jika individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah.
2.   Kemampuan dalam mengatasi tekanan dan kecemasan, dengan belajar
3.   Mental yang sehat ialah seimbangnya fungsi dari superego terhadap id dan ego
4.   Tidak mengalami gangguan dan penyimpangan pada mentalnya
5    5. Dapat menyesuaikan keadaan ddengan berbagai dorongan dan keinginan
         Sakit menurut perspektif
Sudut pandang psikoanalisis berpendapat bahwa perilaku abnormal berasal dari konflik masa kanak-kanak yang berlebihan dalam menentang keinginan yang berhubungan dengan seks dan agresi. Menurut Freud, anak-anak melalui serangkaian tahapan ketika impuls seks dan agresi menampilkan berbagai bentuk serta menciptakan konflik yang membutuhkan pemecahan. Jika konflik masa kanak-kanak ini tidak berhasil diselesaikan, konflik tersebut tetap tidak terselesaikan dalam ketidak sadaran yang pada akhirnya menimbulkan perilaku abnormal selama masa dewasa.

D. DINAMIKA SEHAT-SAKIT MENURUT PERSPEKTIF PSIKOANALISIS
Menurut teori psikoanalisa, pribadi yang bermasalah disebabkan adanya ketidak seimbangan dari dua hal, yakni : (a) dinamika-dinamika yang tidak efektif antara id, ego, dan super ego, terutama ego tekah gagal dalam perannya menjembatani antara id dan super ego, (b) pengalaman belajar pada masa kanak-kanak yang kurang tepat. Sebaliknya, pribadi yang sehat adalah pribadi yang dapat menyeimbangkan dinamika kepribadian (id,ego,super ego), dan pengalaman belajar pada masa kanak-kanak yang tepat.
Struktur pikiran menurut Freud ada tiga yaitu:
a.      Id
Id adalah satu-satunya struktur pikiran yang muncul sejak lahir. Struktur ini merupakan penyimpanan dorongan-dorongan dan impuls-impuls indtingtif yang lebih dasar, mencakup lapr, haus, seks dan agresi. Id berperan pada area ketidaksadaran. Id bekerja berdasarkan prisnsip kesenangan/kenikmatan. Id juga menuntut pemuasan segera dari insting-insting tanpa memperhitungkan aturan-aturan social. id kurang terorganisasi, menuntut, dan mendesak serta tidak mentolerir ketegangan dan dikuasai oleh prinsip kesenangan. Id tidak logis, amoral, dan didorong untuk memenuhi kebutuhan naluriah, dan bersifat tidak sadar. Cara lain untuk memperoleh kepuasan  adalah proses berpikir primer yang merupakan cara dalm berhubungan dengan dunia melalui imajinasi dan fantasi.

b.      Ego
Ego berkembang pada tahun pertama untuk mengatur cara yang masuk akal untuk menyesuaikan diri dengan frustasi. Ego merupakan pusat kesadaran dalam kepribadian..ego hadir untuk “nalar dan hal yang baik-baik”, ego berusaha untuk membatasi tuntutan dari id dan untuk mengarahkan perilaku agar tetap sesuai dengan aturan-aturan dan harapan social. Ego bekerja berdasarkan prinsip realita. Ego juga terikat dalam proses berpikir sekunder yaitu mengingat, merencanakan, dan menimbang situasi yang kemungkinan kompromi antara fantasi dari id dan realitas dunia luar. Ego berada di antar id dan superego. Ego berusaha memuaskan id tanpa menyerang standar moral superego.

c.       Superego
Superego berkembang pada pertengahan masa kanak-kanak. Superego bekerja berdasarkan prinsip moral yaitu menuntut kepatuhan yang ketat terhadap standar moral. Superego merupakan cabang moral atau hukum dari kepribadian, yang memberikan kode moral kepada individu mengenai baik buruk atau benar salah. Mempresentasikan hal-hal yang ideal, dan mendorong pada kesempurnaan bukan kesenangan. Super ego mempresentasikan dan menginternalisasi nilai-nilai tradisional dan ideal dalam masyarakat, berkaitan dengan imbalan dan hukuman.
Mekanisme pertahanan digunakan untuk mencegah impuls-impuls yang tidak dapat diterima secara social agar tidak muncul ke alam sadar. Beberapa macam mekanisme pertahanan.
a.   Represi : menjauhkan impuls atau harapan yang dapat duiterima dari kesadaran.
b. Regresi: munculnya, dibawah stress, bentuk perilaku yang merupakan karakteristik tahapan perkembanagan yang lebih awal.
c.   Memberikan penjelasan yang dapat diterima secar social yang bukan merupakan alasan sebenarnya dari perilakunya.
Selain itu juga menurut Freud, perkembangan kepribadian – sehat dan tidak sehat – sangat berhubungan dengan cara-cara yag digunakan oleh individu dalam melewati fase-fase perkembangan pada enam tahun pertama kehidupannya. Tahapan perkembangan ini disebut tahapan psikoseksual karena memperesentasikan suatu kebutuhan(dan pemuasan) seksual yang menonjol pada stiap tahapan perkembangan. Hambatan yang terjadi pada proses pemenuhan kebutuhan seksual pada setiap tahapan - disebut fiksasi berpotensi menyebabkan  gangguan perilaku pada waktu dewasa.
Tahap perkembangan psikoseksual menurut perspektif psikoanalisis yaitu:
1.      Tahap Oral (0- 18 bulan)
Pemuasan berasal dari daerah mulut. Sumber kenikmatan pokok yang berasal dari mulut adalah makanan. Makan meliputi stimulasi sentuhan terhadap bibir dan rongga mulut serta  menelan atau menghisap, dan jika makanan tidak menyenangkan, maka akan memuntahkan keluar.  Setelah gigi tumbuh maka mulut dipakai untuk menggigit dan mengunyah.
Tahapan ini terbagi dalam dua fase yaitu oral pasif(fase penerima) dan oral agresif. Oral pasif ketika perasaan puas berasal dari menyusu atau makan. Oral agresif, kenikmatan diperoleh dari mengulum atau menggigit apapun yang dimasukkan ke dalam mulut bayi. Regresi atau fiksasi pada fase oral pasif dapat menyebabkan pencarian kepuasan sumber oral pada masa dewasa (menggigit kuku, merokok, makan berlebihan). Sedangkan regresi dan fiksasi pada fase oral agresif gemar berkata kasar atau memiliki perilaku kasar terhadap orang lain.

2.      Tahap anal (18 bulan -3 tahun)
Pemuasan berasal dari daerah anus, berhubungan dengan aktifitas pembuangan atau pengeluaran kotoran (faeses). Setelah makanan dicernakan, maka makanan menumpuk di ujung bawah dari usus dan secara refleks akan dilepaskan keluar apabila tekanan pada otot lingkar dubur mencapai taraf tertentu. Pengeluaran fases menghilangkan sumber ketidaknyamanan dan menimbulkan perasaan lega (kenikmatan). Pada tahap ini juga anak akan mendatapatkan pelatihan toilet training.
Fiksasi pada fase anal akan menyebakan ceroboh, impulsive dan tidak terkontrol disebut anal expulsive. Regresi pada tahap ini dapat membuat individu menjadi sangat rapi atau sebaliknya sangat tidak rapi.

3.      Tahap phallic (3-5/6 tahun)
Pemuasan berasal dari rangsangan terhadap alat kelamin. Pusat dinamika dalam tahap perkembangan ini adalah perasaan seksual dan agresif berkaitan dengan bekerjanya fungsi genital. Tahap ini juga merupakan tahap perkembangan yang paling krusial. Anak mengembangkan suatu perasaan ketertarikan secara seksual terhadap orang tua yang berlainan jenis dan permusuhan terhadap orang tua sejenis.

4.      Tahap laten (6-12 tahun)
Masa-masa penurunan dorongan id, anak-anak berperilaku aseksual (tidak berhubungan dengan seksual). Anak kemudian menurunkan kecemasannya dengan mengidentifikasikan pada orang tua yang sama. Mereka kemudian berkembang menjadi lebih tenang, belajar sosialisasi, pengembangan kemampuan, dan belajar banyak hal tentang diri dan lingkungan sosialnya.

5.      Tahap genital ( > 12)
Fungsi biologis dari tahap genital adalah reproduksi dan aspek psikologis membantu mencapai tujuan ini dengan memberikan stabilitas dan keamanan sampai batas tertentu. Impuls pada tahap pra genital tidak digantikan oleh tahap genital tapi disintesiskan menjadi satu pada tahap genital. Merupakan tanda pubertas dan kematangan seksual remaja. Terdapat dominasi terhadap ketertarikan seksual pada lawan jenis. Remaja mulai tertarik kepada orang lain bukan karena cinta diri (narsisistik) seperti tahap pra genital, tapi karena daya tarik seksual, sosialisasi, kegiatan kelompok, perencanaan karir dan muncul persiapan untuk menikah serta membangun rumah tangga.

E. TREATMEN DAN INTERVENSI
Tujuan utama dari treatmen psikoanalisis sebagaimana yang dikembangkan oleh Freud, (Freud, 1913-1914, 1963) adalah untuk membawa hal-hal yang ditekan dan tidak disadari ke alam sadar.
Menurut psikoanalisis tkinik terapi yang digunakan adalah :
a.       Asosiasi Bebas
Teknik pokok dalam terapai psikoanalisa adalah asosiasi bebas. Konselor memerintahkan klien untuk menjernihkan pikiranya adari pemikiran sehari-hari dan sebanyak mungkin untuk mengatakan apa yang muncul dalam pikirannya. Metode ini adalah metoda pengungkapan pangalaman masa lampau dan penghentian emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatic masa lampau.
b.      Analisis Mimpi
Analisis mimpi melibatkan klien untuk menceritakan kejadian yang dilihatnya dalam mimpi kepada klinisi untuk kemudian menghubungkan kejadian-kejadian itu secara bebas. Terapi analisis mimpi ini juga mempelajari mimpi untuk menemukan tanda-tanda adanya masalah dan konflik dalam area tidak sadar.
c.       Resistensi
Resisten adalah ketidakmampuan atau ketidakmauan untuk mendiskusikan atau menyingkap ingatan, pikiran dan motivasi tertentu. Pasien dapat menungkapkan resistensinya dengan berbagai cara. Misalnya mereka dapat mendiskusikan kenangan masa kaak-kanak dan tiba-tiba lupa dengan apa yang sebelumnya mereka katakana atau mereka dapat mengubah subjek pembicaraan sepenuhnya.tugas terapis adalah menangkap resistensi tersebut secara langsung dan menginterpretasikan artinya, serta meyakinkan agar pasien kembali kepada subjek yang sebelumnya sedang dibicarakan yang kemungkinan besar mengandung kenangan yang menyakitkan atau masa-maasa sulit bagi pasien. 
d.      Tranferensi
Transferensi muncul dengan sendirinya dalam proses terapeutik pada saat dimana kegiatan-kegiatan klien masa lalu yang tak terselesaikan dengan orang lain, menyebabkan dia mengubah masa kini dan mereaksi kepada analisis sebagai yang dia lakukan kepada ibunya atau ayahnya ataupun siapapun.

DAFTAR PUSTAKA

Davidson Gerald C, John M. Neale & Ann M. Krig. 2010. Psikologi Abnormal. Jakarta: Pers.
Feldman. Robert S. 2012. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Salemba Humanika
Nevid Jeffrey S, Spencer A. Rathus & Beverly Greene. 2003. Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga
Semiun Yustinus, OFM. 2006. Teori Kepribadian & Terapi Psikoanalitik Freud. Yogyakarta: Kanisius.

0 komentar:

Post a Comment