Thursday, 20 November 2014

Sehat dan Sakit Perspektif Behavioristik

                        Oleh:
                      Hasaniah Zulfiani
                      S. Puji Nugroho
                      Baroroh Annis            
                      Yuci Analia O

                      Dewi Hasanah B


A.   KASUS
X adalah satu-satunya anak yang tidak bisa naik sepeda motor di kelasnya, dia lebih memilih naik bus transjogja untuk menuju kekampusnya. Bukan karena dia dari keluarga yang tidak mampu, keluarga X bisa dibilang ekonominya menengah ke atas.
Setelah diwawancarai, ternyata X sebenarnya takut untuk mengendarai sepeda motor dikarenakan dia pernah mengalami kecelakaan. Awalnya X dalam mengendarai motor merasa biasa saja kemana pun ia pergi, namun suatu hari ketika ia mengendarai motor dan ditengah perjalanannya terjadi kecelakaan hebat yang membuat X mengalami patah tulang pada tangan dan harus dirawat di rumah sakit selama 1 bulan. Kecelakaan itulah yang membuatnya sampai saat menjadi takut dan cemas dalam mengendarai motor.
Hal ini bermula saat X masih duduk di bangku SMP. Niat hati dia akan belajar kelompok di rumah salah satu temannya sebut saja R. Ketika itu si X masih merupakan pengendara pemula. Maksud dari pemula ini adalah baru bisa mengendarai sepeda motor, dia masih agak gugup ketika berpapasan dengan kendaraan lain. Rumah si R terletak di dekat jalan raya yang ramai, dan membuat si X harus menyeberang dulu untuk kerumahnya.Saat X menyeberang ada seorang pengendara sepeda motor yang lain melawan arah sehingga dia terkejut dan menghindarinya dengan arah ke kanan, dan tanpa dia sadari ada sebuah mobil dan menabrak dia. Mulai dari kejadian itulah si X tidak mau dan tidak berani lagi untuk menaiki sepeda motor.
  
B.   PENTINGNYA PERSPEKTIF BEHAVIORISTIK
  Teori behavioral adalah suatu sudut pandang psikologi yang menekankan kajian ilmiah berbagai respons perilaku yang dapat diamati dan penentu lingkungannya.  Dengan kata lain, pendekatan perilaku memusatkan pada interaksi dengan lingkungan yang dapat dilihat dan diukur. Prinsip-psinsip pendekatan perilaku juga telah diterapkan secara luas untuk membantu orang-orang mengubah perilakunya ke arah yang lebih baik (Martin & Pear, 2007: Watson & Tharp,2007). Sudut pandang behavioral melihat perilaku itu sendiri sebagai permasalahnnya. Dengan menggunakan prinsip dasar belajar, teoretikus behavioral melihat baik perilaku normal maupun abnormal sebagai respon dari berbagai stimulus-respon yang telah dipelajari melalui pengalaman masa lalu dan saat ini diarahkan oleh stimulus dalam lingkungan individu.
Dalam mengubah perilaku manusia menggunakan adanya stimulus dan respon, dan untuk memperkuat perilaku di lingkungan behavioral menggunakan reinforcement serta menghilangkan perilaku yang tidak baik menggunakan punishment.
                        Dalam perspektif ini juga kita dapat mengetahui bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil pembawaan dari genetis dan pengaruh lingkungan situasional.
                        Jadi perspektif behavioristik ini penting dalam mengetahui perilaku normal dan abnormal manusia dilihat dari tingkah laku yang dapat diamati dan merupakan hasil dari genetis dan pengaruh lingkungan serta perspektif ini dapat mengubah suatu perilaku menjadi lebih baik dengan memberikan reinforcement dan punistmen yang tidak dapat dilakukan oleh perspektif lainnya.



C.   PENGERTIAN SEHAT DAN SAKIT MENURUT PESPEKTIF
·         Sehat menurut perspektif
Sehat menurut perspektif adalah kesesuian antara stimulus yang diberikan dengan respon yang dikehendaki.
Sehat menurut teori behavioral adalah pribadi yang dapat merespon stimulus di lingkungan secara tepat dalam bertingkah laku untuk memenuhi kebutuhannya dan dapat mengembangkan reinforcer internal disamping eksternal serta memiliki control diri yang memadai.

·         Sakit menurut perspektif
Sakit merurut behavioral adalah apabila tingkah laku individu kurang/ tidak memuaskan sehingga membawa konflik diri dengan lingkungannya. Dengan kata lain disebut perilaku maladaptif (perilaku yang tidak tepat) yang terbentuk melalui proses interaksi dengan lingkungannya.
Sakit menurut perspektif adalah kelainan tingkah laku karena kegagalan belajar yang membuat respon menjadi tidak tepat. Kegagalan belajar itu dapat berupa :
1.    Kesalahan penguatan; pilihan respon yang tepat, tetapi reinsforcement yang diterima secara tidak benar sehingga organisme cenderung memakai respon yang tidak dikehendaki.
2.    Kesalahan memahami stimulus; akibatnya  akan terjadi pembentukan tingkah laku yang tidak dikehendaki.
3.    Merespon secara salah; terkait ketidakmampuan mengenali penanda spesifik suatu stimulus, sehingga pada akhirnya mengembangkan respon yang salah karena justru respon itu yang mendapat reinsforcemen.  Reinsforcemen yang diterima oleh seseorang salah dipahamim  oleh seseorang itu sehingga menimbulkan perilaku abnormal.


D.   DINAMIKA SEHAT DAN SAKIT
Classical Conditioning (Ivan Pavlov)
Ivan Pavlov menemukan refleks yang terkondisi atau disebut respons terkondisi (conditioned response) yang penemuannya secara tidak sengaja. Pavlov menggunakan eksperimen dengan subjek anjing untuk mempelajari respons air liur mereka terhadap makanan. Menurut Pavlov binatang akan mengeluarkan air liur dan menghasilkan cairan lambung sebelum mereka mulai makan. Dan ternyata respons tersebut ditimbulkan ketika asisten laboratoriumnya mendorong kereta makanan.
Kemudian Pavlov memulai percobaannya bahwa binatang dapat belajar untuk mengeluarkan air liur sebagai respons terhadap stimulus lainnya, seperti suara bel, karena anjing tidak biasanya mengeluarkan air liur karena suara bel. Pavlov beralasan bahwa mereka telah mempelajari respons terkondisi (conditioned response) atau refleks-refleks yang terkondisi, dan telah dipasangkan dengan stimulus yang disebut stimulus tidak terkondisi (unconditioned stimulus). Keluarnya air liur karena makanan, suatu respons yang tidak dipelajari, yaitu disebut respons tidak terkondisi (unconditioned response), dan bel yang sebelumnya merupakan stimulus yang netral disebut sebagai stimulus terkondisi (conditioned stimulus).
Contoh dalam perilaku manusia yaitu fobia atau ketakutan yang berlebihan. Seseorang mungkin tidak berani untuk menaiki atau menggunakan lift dikarenakan mempunyai pengalaman traumatis pada lift. Stimulus yang sebelumnya netral (lift), dipasangkan dengan stimulus yang menyakitkan (trauma), yang menyebabkan respons yang terkondisi (fobia).
Perspektif behavioral berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan perilaku normal maupun abnormal. Dari perspektif belajar, perilaku abnormal mencerminkan perolehan, atau pembelajaran dari perilaku yang tidak sesuai dan tidak adaptif. Perilaku abnormal bukanlah simtomatik dari apapun. Perilaku abnormal itu sendiri merupakan masalah. Faktor situasional merupakan alasan perilaku abnormal itu terjadi. Seperti riwayat belajar mereka yang mungkin berbeda dari kebanyakan orang. Sebagai contoh, pengasuhan anak yang buruk, seperti kurangnya rewards atau penghargaan untuk perilaku baik dan hukuman atau pusnishment untuk perilaku yang buruk, mungkin bisa menimbulkan perilaku antisosial. Menurut tokoh-tokoh dari perspektif behavioristik, bahwa perilaku manusia merupakan hasil dari pembawaan genetis dan pengaruh lingkungan atau situasional.
Classical conditioning juga disebut teori belajar Pavlov,belajar merupakan perubahan perilaku sebagai akibat interaksi antara stimulus dengan respons. Contoh proses pembelajaran disekolah. Pembelajaran dipandang sebagai suatu aktivitas alih atau transfer pengetahuan dari guru kepada siswa. Terlihat bahwa peran guru dipandang sebagai satu-satunya sumber pengetahuan. Kedudukan siswa dalam pembelajaran behaviorisme awalnya adalah orang yang tidak tahu apa-apa, dan karena itu perlu diberitahu oleh guru. Dengan demikian perubahan perilaku siswa harus bersesuaian dengan apa yang dikehendaki oleh guru. Apabila perilaku siswa tidak sesuai dengan perilaku guru maka dipandang sebagai error behavior yang perlu diberikan ganjaran.
Jadi dinamika sehat menurut behavioristik yaitu perilaku yang ditimbulkan karena kesesuaian antara stimulus yang diberikan dengan respon yang terkondisikan dan dilakukan berulang kali. Stimulus netral tidak menghasilkan respon apapun, namun ketika respon tak terkondisi dihasilkan dari stimulus yang tak terkondisi juga karena respon tersebut tidak dipelajari. Suatu stimulus netral diasosiasikan dengan stimulus tak terkondisi (unconditional stimulus) akan menjadi stimulus terkondisi dan menghasilkan respon terkondisi (conditional respon). Apabila perilaku dari respon terkondisi (conditional respon) sesuai dengan stimulus terkondisi (conditional stimulus) maka dipandang sebagai perilaku yang sehat.
Dan apabila suatu tingkah laku yang dihasilkan dari respon yang terkondisikan tidak sesuai dengan stimulus yang terkondisi maka dipandang sebagai perilaku abnormal atau sakit. Respon tersebut dihasilkan dari stimulus terkondisi yang terganggu atau merespon secara salah karena ketidakmampuan dalam merespon suatu stimulus. Reaksi dari stimulus dan respon yang terganggu akan menunjukkan suatu perilaku yang dapat mengganggu individu untuk melakukan tugasnya dalam kegiatan sehari-hari.


E.   TREATMEN DAN INTERVENSI
      Beberapa treatmen atau terapi yang dapat digunakan dalam perspektif behavoristik yaitu:
1.    Pengondisian Aversif
Pengondisian aversif merupakan bentuk terapi yang menurunkan frekuensi dari perilaku yang tidak diinginkan dengan memasangkan stimulus aversif atau tidak menyenangkan dengan perilaku yang tidak diinginkan. Contohnya terapis perilaku dapat menggunakan pengondisian aversif dengn memasangkan alcohol dengan sebuah obat yang dapat menimbulkan rasa mual dan muntah. Setelah kedua hal tersebut dipasang selama beberapa kali, orang tersebut akan mengasosiasikan alcohol dengan muntah dan tidak lagi memandang alcohol sebahai hal yang menarik.
2.    Desensitasi Sistematis
Desensitasi sistematis merupakan teknik behavioral ketika stimulus yang menghasilkan kecemasan yang dimunculkan secara bertahap dan dipasangkan dengan relaksasi untuk menghilangkan respon terhadap kecemasan. Desensitisasi sistematis merupakan teknik konseling behavioral yang memfokukskan bantuan untuk menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks.


F.    JURNAL
Judul       : Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja
Penulis    : Dian Komasari dan Avin Fadilla Helmi
·         Perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang sangat merugikan, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
·         Bagi ibu hamil, rokok menyebabkan kelahiran prematur, berat badan bayi rendah kecacatan. Dan mungkin mengalami gangguan dalam perkembangan
·         Sensivitas ketajaman penciuman dan pengecapan para perokok berkurang bila dibandingkan dengan non-perokok.
·         Tidak dapat dipungkiri bahwa adanya dampak negatif dari perilaku merokok tetapi perilaku merokok bagi kehidupan manusia merupakan kegiatan yang “fenomenal”. Artinya, meskipun sudah diketahui akibat negatif dari merokok tetapi jumlah perokok bukan semakin menurun justru malah semakin meningkat.
·         Para pemula biasanya mengabaikan perasaan ingin merokok tersebut, namun berlanjut menjadi kebiasaan, dan akhirnya menjadi ketergantungan.
·         Ketergantungan ini dipersepsikan sebagai kenikmatan yang memberi kepuasan psikologis. Gejala ini dijelaskan dari konsep tabacco dependency (ketergantungan rokok). Hal ini disebabkan sifat nikotin adalah adiktif, jika dihentikan secara tiba-tiba akan menimbulkan stres.
·         Dalam penelitian ini ada 3 faktor penyebab perilaku merokok pada emaja yaitu kepuasan psikologis, sikap permisif orang tua terhadap perilaku merokok remaja, dan pengaruh teman sebaya.
·         Perilaku merokok adalah perilaku yang dipelajari. Proses belajar dimulai dari masa kanak-kanak, sedangkan proses menjadi perokok pada masa remaja.


DAFTAR PUSTAKA
Davidson Gerald C, John M. Neale & Ann M. Krig. 2010. Psikologi Abnormal. Jakarta: Pers.
Feldmen Robert S. 2012. Pengantar Psikologi. Jakarta: Salemba Humanika.
Nevid Jeffrey S, Spencer A. Rathus & Beverly Greene. 2003. Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga


0 komentar:

Post a Comment