Thursday, 20 November 2014

Sehat dan Sakit Perspektif Humanistik

Oleh:
Hasaniah Zulfiani
S. Puji Nugroho
Baroroh Annis            
Yuci Analia O
Dewi Hasanah B

I.              KASUS

X adalah seorang remaja laki-laki berumur 16 tahun. Di rumahnya, X merupakan anak yang mudah bergaul terhadap orang-orang disekitarnya. Awal masuk sekolah dia adalah orang yang supel, percaya diri dan cukup berprestasi. Tetapi ketika X sedang berkumpul bersama teman-temannya disekolah, dia selalu menjadi bahan tertawaan teman-temannya karena dia memiliki fisik yang berbeda yaitu hanya memiliki satu kaki, hal ini disebabkan karena dia pernah mengalami kecelakaan sehingga kaki kirinya harus di amputasi. Subjek merasa tersinggung dengan ejekan dan tertawaan temannya, hal itu juga membuat kepercayaan dirinya menjadi berkurang. Prestasi belajarnya juga semakin menurun.

Semenjak kejadian itu dia selalu merasa dan bertanya-tanya, kenapa fisik dia berbeda dengan teman-teman yang lainnya. Ada juga teman sekolahnya yang tidak mau bermain dengan dia karena mereka merasa malu mempunyai teman seperti X. Setelah kejadian itu X menjadi anak yang murung, pendiam dan sering menyendiri, akibatnya si X tidak bisa mengaktualisasikan diri atau mengembangkan potensi diri dalam kehidupan sosialnya. X merasa dirinya kurang mendapatkan kasih sayang dan merasa tidak aman karena diejek dan menjadi bahan tertawaan temannya.


II.              PENTINGNYA PERSPEKTIF HUMANISTIK
Perspektif humanistik merupakan pendekatan terhadap pengalaman dan tingkah laku manusia, yang memusatkan perhatian pada aktualisasi diri (kondisi pemenuhan diri ketika seseorang menyadari potensi tertinggi mereka, dalam cara yang unik). Menurut teori kepribadian humanistik, seseorang termotivasi oleh kebutuhan untuk memahami diri mereka dan dunia serta untuk mendapatkan pengalaman yang lebih banyak dengan cara memenuhi potensi unik mereka. Pendekatan humanistik terhadap kepribadian, menekankan sifat bawaan manusia, yaitu kebaikan dan kecenderungan mereka untuk bergerak menuju tingkat pemfungsian yang lebih tinggi.
Teori humanistik menekankan pada kebebasan individu untuk membuat pilihan mereka sendiri atau aktualisasi diri, pencapaian maksimal dari potensi diri serta tidak adanya tekanan dalam pencapaian potensi tersebut. Humanistik lebih kepada kesadaran dibandingkan ketidaksadaran, yaitu here and now atau tidak terpengaruh oleh masa lalu. Rogers berpendapat bahwa masa lalu memang akan mempengaruhi bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang akan mempengaruhi kepribadiannya juga. Karena biasanya masa lalu penuh dengan pengalaman traumatik yang menyebabkan seseorang mengalami suatu penyakit psikologis. Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu. Teori ini juga berhubungan antara interaksi nature (bawaan sejak lahir) dan nurture (lingkungan), yaitu motivasi manusia yang didasarkan pada bawaan serta pencarian pemenuhan diri dan arti dalam hidup. Oleh karena itu perilaku abnormal dapat dianalisis melalui kemampuan seseorang yang dapat mengembangkan potensi mereka atau tidak, yang dapat mengaktualisasikan diri mereka atau tidak. Seseorang bertanggung jawab terhadap hidupnya dengan mengubah sikap dan perilakunya dan mempunyai kebebasan untuk mengubahnya.

III.              SEHAT DAN SAKIT MENURUT PERSPEKTIF HUMANISTIK
a.    Sehat menurut perspektif
 Suatu keadaan dimana individu dapat mengembangkan potensi yang terdapat didalam dirinya sehingga individu dapat mengaktualisasikan diri. Dari teori Rogers bahwa gambaran diri dari seseorang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik, harus sesuai dengan pengalaman orang tersebut, sesuai dengan realitas yang ada. Seseorang disebut berfungsi sepenuhnya apabila seseorang tersebut menggunakan sumber-sumber psikologis dan potensi yang dimilikinya secara maksimal. Potensi yang dikembangkan tersebut dapat membuat seseorang survive dalam kehidupannya. Individu yang dapat mengembangkan potensinya akan merasa lebih bahagia dan puas daripada orang yang tidak bisa mengembangkan potensinya.
b.    Sakit menurut perspektif
Suatu keadaan dimana individu tidak dapat mengembangkan potensi yang terdapat didalam dirinya yang menyebabkan individu tersebut tidak dapat mengaktualisasikan diri. Terhambatnya potensi seseorang menghasilkan ketidaksesuaian antara persepsi diri seseorang dengan realitas yang ada. Terhambatnya potensi ini dapat bermacam-macam alasannya seperti mendapat tekanan dari orang tua atau dari kehidupan sosialnya. Seseorang yang mendapat tekanan terus menerus akan menyebabkan kecemasan dan frustasi. Rogers meyakini bahwa kecemasan mungkin muncul ketika kita mulai merasakan perasaan dan ide kita tidak konsisten dengan konsep diri terdistorsi yang telah kita kembangkan, yang mencerminkan apa yang diharapkan orang lain tentang kita.

IV.              DINAMIKA SEHAT DAN SAKIT MENURUT PERSPEKTIF HUMANISTIK
Sudut pandang humanistic menekankan pada tanggung jawab yang dimiliki individu atas perilaku mereka sendiri, bahkan ketika perilaku mereka dianggap abnormal. Perspektif humanistic muncul dari penelitian yang dilakukan oleh Carl Rogers dan Abraham Maslow yang berkonsentrasi pada apa yang unik dalam diri manusia dan memandang bahwa manusia pada dasarnya rasional, berorientasi pada dunia social, dan termotivasi untuk mencari aktualisasi diri (Roger,1995).
Menurut aliran humanistic sehat yaitu suatu keadaan dimana individu dituntut untuk mengembangkan potensi yang terdapat didalam dirinya sendiri sehingga dapat mengaktualisasikan diri. Aktualisasi diri merupakan kondisi pemenuhan etika seseorang menyadari potensi tertinggi mereka, dalam cara yang unik. Humanistik menegaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri. Bagi ahli-ahli psikologi humanistik, manusia jauh lebih banyak memiliki potensi. Manusia harus dapat mengatasi masa lampau, kodrat biologis, dan ciri-ciri lingkungan. Manusia juga harus berkembang dan tumbuh melampaui kekuatan-kekuatan negatif yang secara potensial menghambat.
Gambaran ahli psikologi humanistik tentang kodrat manusia adalah optimis dan penuh harapan. Mereka percaya terhadap kapasitas manusia untuk memperluas, memperkaya, mengembangkan, dan memenuhi dirinya, untuk menjadi semuanya menurut kemampuan yang ada. Aliran Humanistik juga memfokuskan diri pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat biologisnya guna meraih potensi maksimal. Manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
Sakit menurut humanistik adalah suatu keadaan dimana individu tidak dapat mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga kebutuhan untuk aktualisasi diri terhambat. Gangguan psikologis merupakan hasil dari terhambatnya potensi seseorang untuk menjalani kapasitas hidup secara utuh yang kemudian menghasilkan kondisi ingkonruen-ketidaksesuaian anata persepsi diri seseorang dengan realitas yang ada.
Menurut Carl Rogers teori yang berpusat pada pribadi berfokus pada keunikan individu untuk mencapai pemenuhan maksimum bag potensinya, serta pemenuhan kebutuhan individu untuk secara jujur menghadapi relitas pengalaman-pengalamnnya di dunia. Menurut Rogers juga bahwa seseorang memiliki kebutuhan dasar untuk disayangi dan dihargai. Keyakinan utamanya adalah bahwa perilaku abnormal adalah hasil dari perkembangan konsep tentang diri yang terganggu. Konsep diri yang terganggu ini disebabkan karena adanya penghargaan positif yang bersyarat (conditions positive regard) yaitu sikap penerimaan dan penghargaan ketika mereka memenuhi tuntutan tertentu. Contoh orang tua menerima mereka hanya apabila mereka berprilaku dengan cara yang disetujui—anak-anak mungkin belajar untuk tidak memiliki pikiran, perasaan, dan perilaku yang ditolak oleh orang tua mereka. Dengan contional positive regard, anak-anak mungkin belajar untuk mengembangkan kondisi untuk berharga (condition of worth), untuk berpikir bahwa diri mereka sendiri berharga hanya apabila mereka berperilaku sesuai dengan cara tertentu yang telah disetujui.
Menurut Abraham Maslow lebih menekankan pada aktualisasi diri, pencapaian maksimal dari potensi perkembangan psikologis seseorang. Teori maslow juga berfokus pada motivasi yang ia ingin tekankan mengenai perhatian pada pengalaman-pengalamn yang mendorong seseorang untuk menyadari potensi terbesar mereka. Menurut maslow seseorang yang mencapai aktualisasi diri adalah seseorang yang akurat dalam memersepsi diri mereka dan mampu untuk menemukan sumber sumber kesenangan yang beragam dalam aktivitas keseharian mereka. Teori maslow dikenal sebagai hierarki kebutuhanyang menggambarkan urutam manusia yang harus dipenuhi. Premis dasar hierarki ini menyatakan bahwa seseorang harus memuaskan berbagai kebutuhan dasar fisik ataupun psikologis agar dapat mencapai aktualisasi diri. Kebutuhan yang terletak lebih rendah dalam hierarki tersebut disebut sebgai kebutuhan deficit karena menggambarkan suatu tingkatan yang mengharuskan individu untuk mencari pemenuhan sesuatu yang dirasakan kurang. Individu yang masih berjuang untuk memenuhi kebutuhan tersebut tidak akan dapat meningkat pada bagian atas dari piramida tersebut. namun terdapat pengecualian, kettika seseorang mengorbankan kebutuhan mereka yang berada pada tingkat yang lebih rendah, bahkan kehidupan mereka untuk mencapai aktualisasi diri.

V.              TREATMEN DAN INTERVENSI
Terapi humanistic berfokus pada klien yang subjektif dan disadari, terapis humanistic juga berfokus pada apa yang dialami klien saat ini, disini dan sekarang—daripada masa lalu. Bentuk utama terapi humanistic adalah terapi berpusat pada individu (person-centered therapy) atau terapi yang berpusat pada klien (client-centered therapy).
Terapi berpusat pada individu menciptakan kondisi hangat dan penerimaan dalam hubungan terapiutik yang membantu klien untuk menjadi lebih sadar dan menerima diri mereka sendiri. Terapi ini bersifat tidak mengarahkan. Klien, bukan terapis yang memimpin dan mengarahkan jalannya terapi. Terapi menggunakan refleksi yaitu pengulangan atau perumusan kembali dari persaan-perasaan yang diekspresikan klien tanpa menginterpretasikan atau memberikan penilaian. Cara ini mendorong klien untuk mengekplorasi lebih jauh perasaannya dan berhubungan dengan perasaan yang lebih dalam dan bagian dari diri yang tidak diakui karena kritikan social. Rogers menekankan pentingkan menciptakan hubungan terapiutik yang hangat akan mendorong klien untuk melakukan self-exploration dan self expression. Terapis yang efektif memiliki empat atribut dasar yaitu penerimaan positif tanpa syarat, empati, ketulusan dan kongruen.
Pertama, penerimaan positif tanpa syarat (unconditional positive regard) dimana terapis harus dapat menerima klien sebagai pribadi tanpa syarat, walaupun terapis kadang-kadang tidak menyetujui pilihan atau perilaku klien.penerimaan positif tanpa syarat memberi klien perasaan aman yang mendorong klien untuk mengekplorasi perasaan mereka tanpa takut akan penolakan. Setelah klien merasa diterima dan dihargai apa adanya, mereka didorong untuk dapat menerima diri mereka sendiri. Karena bagi Rogers setiap mahluk hidup berharga dan bernilai serta percaya bahwa manusia pada dasarnya baik dan dimotivasi untuk mencapai tujuan prososial.
Kedua, terapis yang menunjukkan empati (empathy) dapat merefleksikan atau mencerminkan secara akurat pengalamn dan perasaan klien mereka atau kemampuan untuk memahami pengalaman dan peraaan sesseorang dari sudut pandang orang tersebut. Ketiga terapis yang menunujukkan ketulusan (genuiness) adalah kemampuan seseorang untuk mengenali dan mengekspresikan perasaan yang sebenarnya. Dan yang terakhir yaitu kongruen (congruence) mengacu pada kecocokan antara pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang. Terapis yang kongruen bertindak sebagai model dari integritas psikologi bagi klien.

DAFTAR PUSTAKA

Davidson Gerald C, John M. Neale & Ann M. Krig. 2010. Psikologi Abnormal. Jakarta: Pers.
Feldmen Robert S. 2012. Pengantar Psikologi. Jakarta: Salemba Humanika
Halgin Richard P, Susan Krauss Whitbourne. 2010. Psikologi Abnormal.  Jakarta: Salemba Humanika.

1 komentar:

Unknown said...

TERIMA KASIH ILMUNYA KAK

http://http%3A%2F%2Fblog.binadarma.ac.id%2Firman_effendy.wordpress.com

Post a Comment