Oleh:
Hasaniah Zulfiani
S. Puji Nugroho
Baroroh Annis
Yuci Analia O
Dewi Hasanah B
I.
KASUS
X adalah seorang remaja laki-laki berumur 16
tahun. Di rumahnya, X merupakan anak yang mudah bergaul terhadap orang-orang
disekitarnya. Awal masuk sekolah dia adalah orang yang supel, percaya diri dan
cukup berprestasi. Tetapi ketika X sedang berkumpul bersama teman-temannya
disekolah, dia selalu menjadi bahan tertawaan teman-temannya karena dia
memiliki fisik yang berbeda yaitu hanya memiliki satu kaki, hal ini disebabkan
karena dia pernah mengalami kecelakaan sehingga kaki kirinya harus di amputasi.
Subjek merasa tersinggung dengan ejekan dan tertawaan temannya, hal itu juga
membuat kepercayaan dirinya menjadi berkurang. Prestasi belajarnya juga semakin
menurun.
Semenjak kejadian itu dia selalu merasa dan
bertanya-tanya, kenapa fisik dia berbeda dengan teman-teman yang lainnya. Ada
juga teman sekolahnya yang tidak mau bermain dengan dia karena mereka merasa
malu mempunyai teman seperti X. Setelah kejadian itu X menjadi anak yang
murung, pendiam dan sering menyendiri, akibatnya si X tidak bisa
mengaktualisasikan diri atau mengembangkan potensi diri dalam kehidupan sosialnya.
X merasa dirinya kurang mendapatkan kasih sayang dan merasa tidak aman karena
diejek dan menjadi bahan tertawaan temannya.
II. PENTINGNYA
PERSPEKTIF HUMANISTIK
Perspektif
humanistik merupakan pendekatan terhadap pengalaman dan tingkah laku manusia,
yang memusatkan perhatian pada aktualisasi diri (kondisi pemenuhan diri ketika
seseorang menyadari potensi tertinggi mereka, dalam cara yang unik). Menurut
teori kepribadian humanistik, seseorang termotivasi oleh kebutuhan untuk
memahami diri mereka dan dunia serta untuk mendapatkan pengalaman yang lebih
banyak dengan cara memenuhi potensi unik mereka. Pendekatan humanistik terhadap
kepribadian, menekankan sifat bawaan manusia, yaitu kebaikan dan kecenderungan
mereka untuk bergerak menuju tingkat pemfungsian yang lebih tinggi.
Teori humanistik menekankan pada kebebasan
individu untuk membuat pilihan mereka sendiri atau aktualisasi diri, pencapaian
maksimal dari potensi diri serta tidak adanya tekanan dalam pencapaian potensi
tersebut. Humanistik lebih kepada kesadaran dibandingkan ketidaksadaran, yaitu here and now atau tidak
terpengaruh oleh masa lalu. Rogers berpendapat bahwa
masa lalu memang akan mempengaruhi bagaimana seseorang memandang masa sekarang
yang akan mempengaruhi kepribadiannya juga. Karena biasanya masa lalu penuh
dengan pengalaman traumatik yang menyebabkan seseorang mengalami suatu penyakit
psikologis. Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi sekarang bukan apa
yang terjadi pada waktu itu. Teori ini juga berhubungan antara interaksi
nature (bawaan sejak lahir) dan nurture (lingkungan), yaitu motivasi manusia
yang didasarkan pada bawaan serta pencarian pemenuhan diri dan arti dalam
hidup. Oleh karena itu perilaku abnormal dapat dianalisis melalui kemampuan
seseorang yang dapat mengembangkan potensi mereka atau tidak, yang dapat
mengaktualisasikan diri mereka atau tidak. Seseorang bertanggung jawab terhadap
hidupnya dengan mengubah sikap dan perilakunya dan mempunyai kebebasan untuk
mengubahnya.
III.
SEHAT
DAN SAKIT MENURUT PERSPEKTIF HUMANISTIK
a.
Sehat
menurut perspektif
Suatu keadaan dimana individu dapat
mengembangkan potensi yang terdapat didalam dirinya sehingga individu dapat
mengaktualisasikan diri. Dari teori Rogers bahwa gambaran diri dari seseorang
yang dapat menyesuaikan diri dengan baik, harus sesuai dengan pengalaman orang
tersebut, sesuai dengan realitas yang ada. Seseorang disebut berfungsi
sepenuhnya apabila seseorang tersebut menggunakan sumber-sumber psikologis dan
potensi yang dimilikinya secara maksimal. Potensi yang dikembangkan tersebut dapat
membuat seseorang survive dalam kehidupannya. Individu yang dapat mengembangkan
potensinya akan merasa lebih bahagia dan puas daripada orang yang tidak bisa
mengembangkan potensinya.
b.
Sakit
menurut perspektif
Suatu keadaan dimana individu tidak dapat
mengembangkan potensi yang terdapat didalam dirinya yang menyebabkan individu
tersebut tidak dapat mengaktualisasikan diri. Terhambatnya potensi seseorang
menghasilkan ketidaksesuaian antara persepsi diri seseorang dengan realitas
yang ada. Terhambatnya potensi ini dapat bermacam-macam alasannya seperti
mendapat tekanan dari orang tua atau dari kehidupan sosialnya. Seseorang yang
mendapat tekanan terus menerus akan menyebabkan kecemasan dan frustasi. Rogers
meyakini bahwa kecemasan mungkin muncul ketika kita mulai merasakan perasaan
dan ide kita tidak konsisten dengan konsep diri terdistorsi yang telah kita
kembangkan, yang mencerminkan apa yang diharapkan orang lain tentang kita.
IV.
DINAMIKA SEHAT DAN SAKIT MENURUT
PERSPEKTIF HUMANISTIK
Sudut pandang humanistic menekankan pada
tanggung jawab yang dimiliki individu atas perilaku mereka sendiri, bahkan
ketika perilaku mereka dianggap abnormal. Perspektif humanistic muncul dari
penelitian yang dilakukan oleh Carl Rogers dan Abraham Maslow yang
berkonsentrasi pada apa yang unik dalam diri manusia dan memandang bahwa
manusia pada dasarnya rasional, berorientasi pada dunia social, dan termotivasi
untuk mencari aktualisasi diri (Roger,1995).
Menurut aliran humanistic sehat
yaitu suatu keadaan dimana individu dituntut untuk mengembangkan potensi yang
terdapat didalam dirinya sendiri sehingga dapat mengaktualisasikan diri.
Aktualisasi diri merupakan kondisi pemenuhan etika seseorang menyadari potensi
tertinggi mereka, dalam cara yang unik. Humanistik menegaskan adanya
keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri.
Bagi ahli-ahli psikologi humanistik, manusia jauh lebih banyak memiliki
potensi. Manusia harus dapat mengatasi masa lampau, kodrat biologis, dan ciri-ciri
lingkungan. Manusia juga harus berkembang dan tumbuh melampaui
kekuatan-kekuatan negatif yang secara potensial menghambat.
Gambaran ahli psikologi
humanistik tentang kodrat manusia adalah optimis dan penuh harapan. Mereka
percaya terhadap kapasitas manusia untuk memperluas, memperkaya, mengembangkan,
dan memenuhi dirinya, untuk menjadi semuanya menurut kemampuan yang ada. Aliran
Humanistik juga memfokuskan diri pada kemampuan manusia untuk berfikir secara
sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat biologisnya guna meraih potensi
maksimal. Manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta
mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
Sakit menurut humanistik adalah suatu keadaan
dimana individu tidak dapat mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya
sehingga kebutuhan untuk aktualisasi diri terhambat. Gangguan psikologis
merupakan hasil dari terhambatnya potensi seseorang untuk menjalani kapasitas
hidup secara utuh yang kemudian menghasilkan kondisi ingkonruen-ketidaksesuaian
anata persepsi diri seseorang dengan realitas yang ada.
Menurut Carl Rogers teori yang berpusat pada pribadi berfokus pada keunikan individu untuk mencapai pemenuhan maksimum bag potensinya, serta
pemenuhan kebutuhan individu untuk secara jujur menghadapi relitas
pengalaman-pengalamnnya di dunia. Menurut Rogers juga bahwa seseorang memiliki
kebutuhan dasar untuk disayangi dan dihargai. Keyakinan utamanya adalah bahwa
perilaku abnormal adalah hasil dari perkembangan konsep tentang diri yang
terganggu. Konsep diri yang terganggu ini disebabkan karena adanya penghargaan
positif yang bersyarat (conditions positive regard) yaitu sikap
penerimaan dan penghargaan ketika mereka memenuhi tuntutan tertentu. Contoh
orang tua menerima mereka hanya apabila mereka berprilaku dengan cara yang
disetujui—anak-anak mungkin belajar untuk tidak memiliki pikiran, perasaan, dan
perilaku yang ditolak oleh orang tua mereka. Dengan contional positive regard,
anak-anak mungkin belajar untuk mengembangkan kondisi untuk berharga (condition of worth), untuk berpikir bahwa diri
mereka sendiri berharga hanya apabila mereka berperilaku sesuai dengan cara tertentu yang telah disetujui.
Menurut Abraham Maslow lebih menekankan pada aktualisasi
diri, pencapaian maksimal dari potensi perkembangan psikologis seseorang. Teori
maslow juga berfokus pada motivasi yang ia ingin tekankan mengenai perhatian
pada pengalaman-pengalamn yang mendorong seseorang untuk menyadari potensi
terbesar mereka. Menurut maslow seseorang yang mencapai aktualisasi diri adalah
seseorang yang akurat dalam memersepsi diri mereka dan mampu untuk menemukan
sumber sumber kesenangan yang beragam dalam aktivitas keseharian mereka. Teori
maslow dikenal sebagai hierarki kebutuhanyang menggambarkan urutam manusia yang
harus dipenuhi. Premis dasar hierarki ini menyatakan bahwa seseorang harus
memuaskan berbagai kebutuhan dasar fisik ataupun psikologis agar dapat mencapai
aktualisasi diri. Kebutuhan yang terletak lebih rendah dalam hierarki tersebut
disebut sebgai kebutuhan deficit karena menggambarkan suatu tingkatan yang
mengharuskan individu untuk mencari pemenuhan sesuatu yang dirasakan kurang.
Individu yang masih berjuang untuk memenuhi kebutuhan tersebut tidak akan dapat
meningkat pada bagian atas dari piramida tersebut. namun terdapat pengecualian,
kettika seseorang mengorbankan kebutuhan mereka yang berada pada tingkat yang
lebih rendah, bahkan kehidupan mereka untuk mencapai aktualisasi diri.
V.
TREATMEN
DAN INTERVENSI
Terapi humanistic berfokus pada klien yang
subjektif dan disadari, terapis humanistic juga berfokus pada apa yang dialami
klien saat ini, disini dan sekarang—daripada masa lalu. Bentuk utama terapi
humanistic adalah terapi berpusat pada individu (person-centered therapy)
atau terapi yang berpusat pada klien (client-centered therapy).
Terapi berpusat pada individu menciptakan
kondisi hangat dan penerimaan dalam hubungan terapiutik yang membantu klien
untuk menjadi lebih sadar dan menerima diri mereka sendiri. Terapi ini bersifat
tidak mengarahkan. Klien, bukan terapis yang memimpin dan mengarahkan
jalannya terapi. Terapi menggunakan refleksi yaitu pengulangan atau perumusan
kembali dari persaan-perasaan yang diekspresikan klien tanpa
menginterpretasikan atau memberikan penilaian. Cara ini mendorong klien untuk
mengekplorasi lebih jauh perasaannya dan berhubungan dengan perasaan yang lebih
dalam dan bagian dari diri yang tidak diakui karena kritikan social. Rogers
menekankan pentingkan menciptakan hubungan terapiutik yang hangat akan
mendorong klien untuk melakukan self-exploration dan self expression.
Terapis yang efektif memiliki empat atribut dasar yaitu penerimaan positif
tanpa syarat, empati, ketulusan dan kongruen.
Pertama, penerimaan positif tanpa syarat
(unconditional positive regard) dimana terapis harus dapat menerima
klien sebagai pribadi tanpa syarat, walaupun terapis kadang-kadang tidak
menyetujui pilihan atau perilaku klien.penerimaan positif tanpa syarat memberi
klien perasaan aman yang mendorong klien untuk mengekplorasi perasaan mereka
tanpa takut akan penolakan. Setelah klien merasa diterima dan dihargai apa
adanya, mereka didorong untuk dapat menerima diri mereka sendiri. Karena bagi
Rogers setiap mahluk hidup berharga dan bernilai serta percaya bahwa manusia
pada dasarnya baik dan dimotivasi untuk mencapai tujuan prososial.
Kedua, terapis yang menunjukkan empati (empathy)
dapat merefleksikan atau mencerminkan secara akurat pengalamn dan perasaan
klien mereka atau kemampuan untuk memahami pengalaman dan peraaan sesseorang
dari sudut pandang orang tersebut. Ketiga terapis yang menunujukkan ketulusan
(genuiness) adalah kemampuan seseorang untuk mengenali dan
mengekspresikan perasaan yang sebenarnya. Dan yang terakhir yaitu kongruen (congruence)
mengacu pada kecocokan antara pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang.
Terapis yang kongruen bertindak sebagai model dari integritas psikologi bagi
klien.
DAFTAR PUSTAKA
Davidson Gerald C, John M. Neale & Ann M.
Krig. 2010. Psikologi Abnormal. Jakarta: Pers.
Feldmen Robert S. 2012. Pengantar Psikologi.
Jakarta: Salemba Humanika
Halgin Richard P, Susan Krauss Whitbourne.
2010. Psikologi Abnormal. Jakarta: Salemba Humanika.
1 komentar:
TERIMA KASIH ILMUNYA KAK
http://http%3A%2F%2Fblog.binadarma.ac.id%2Firman_effendy.wordpress.com
Post a Comment